Minggu, 24 Mei 2009


Imam Khomeini (r.a) lahir pada tanggal 20 Jumada Thaniyah tahun 1321 hijriyah. Kelahirannya bertepatan dengan hari lahir Sy. Fatimah Zahra putri Nabi Muhammad SAW. Imam Khomeini yang terlahir dengan nama Ruhullah Mostafavi (Musavi) berasal dari keluarga yang dikenal dengan ketinggian ilmu, taqwa dan perjuangan melawan kezaliman. Ayah beliau, Ayatollah Sayid Mostafa Musavi gugur Shahid di tangan berandalan lokal karena pembelaannya terhadap orang-orang yang tertindas. Ketika itu, Ruhullah masih berusia lima bulan.



Sepeninggal ayahnya, Imam Khomeini hidup di bawah bimbingan ibunya (Banu Hajar) yang penyayang, bibinya (Sahebeh Khanoum) yang dikenal bertaqwa dan pemberani, serta pengasuhnya yang saleh (Nane Khavar). Sejak kanak-kanak beliau sudah mempelajari kemahiran berkuda dan menembak.

Peridoe Pertama

Masa kanak-kanak dan remaja dilewati oleh Sayid Ruhullah ketika Iran sedang mengalami gejolak besar politik dan sosial. Sejak masa itu, Ruhullah telah mengenal dari dekat kesulitan yang dialami oleh masyarakat umum. Keterlibatan keluarganya dalam membela hak-hak kaum tertindas membuatnya kelak tumbuh menjadi pejuang hakiki. Ketika masih kanak-kanak ia sering melukiskan perasaannya yang memprihatinkan kondisi masyarakat sekitar dalam corat-coret buku gambarnya. Di masa remaja, perasaan itu semakin dalam ia rasakan. Dalam salah satu bukunya yang ia tulis di masa remaja, Ruhullah yang kala itu masih berusia antara 9 dan 10 tahun menulis demikian;

Di manakah kecemburuan Islam?

Di manakah gerakan kebangsaan?

Kepada bangsa Iran Sayid Ruhullah menulis;

Wahai bangsa Iran, Iran terancam petaka

Negeri Daryush dijarah bangsa Nicholas

Tulisan itu bisa disebut sebagai statemen politik pertama yang dibuat oleh Sayid Ruhullah remaja yang kelak akan memimpin bangsa Iran, sekaligus menunjukkan perhatiannya yang besar kepada nasib negeri dan bangsanya.

Sayid Ruhullah sangat tertarik kepada tokoh-tokoh pejuang. Ketika Mirza Kucik Khan Jangali bangkit berjuang dengan mengangkat senjata, Ruhullah ikut membantu menyampaikan pidato dan membaca syair tentang Mirza Jangali. Ia juga terlibat mengumpulkan dana untuk membantu gerakan Mirza. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk bergabung dengan kelompok Jangali dan bertemu Mirza.

Pendidikan

Sayid Ruhullah Musavi (Mustafavi) memiliki kecerdasan yang luar biasa. Ia berhasil menguasai berbagai cabang ilmu. Selain ilmu fiqih, ushul dan filsafat, ia juga menguasai irfan. Kedalaman ilmunya diakui oleh para gurunya sendiri. Sayid Ruhullah belajar dari sejumlah guru di kota Khomein, Arak dan Qom. Hanya dalam waktu enam tahun ia berhasil mempelajari banyak cabang ilmu sebelum akhirnya mengukuhkan diri sebagai salah seorang ulama dan pengajar di pusat ilmu Islam di kota Qom.

Pidato Resmi Pertama

Ketika masih menjadi pelajar agama di kota Arak, Sayid Ruhullah Mosavi yang kala itu berusia 19 tahun untuk pertama kalinya mendapat kesempatan secara resmi berpidato di depan umum. Pidato itu dalam acara memperingati tokoh penting Revolusi Konstitusi Mojtahed Tabatabai. Pidato yang lebih mirip dengan statemen politik itu disampaikan oleh seorang pelajar agama yang masih muda untuk mengenang jasa tokoh perjuangan Revolusi Konstitusi.

Imam Khomeini mengenai hari itu menceritakan demikian;

“…Aku diminta untuk menyampaikan khotbah di atas mimbar. Tawaran itu aku terima dengan baik. Malam itu aku tak banyak tidur, bukan karena takut berbicara di depan umum tetapi karena aku meyakini bahwa aku bakal berdiri di mimbar milik Rasulullah SAW. Karena itu aku memohon kepada Allah untuk memberikan pertolonganNya kepadaku, agar di antara semua yang ku ucapkan sejak awal hingga akhir, jangan ada kata-kata yang tidak ku yakini. Permohonan ini adalah ikrar antara aku dan Allah. Khotbahku yang pertama kali berlangsung panjang, tapi tidak ada orang yang merasa lelah…Aku mendengar suara sebagian orang yang memuji pidatoku. Terlintas di hatiku perasaan senang mendengar pujian itu. Karena itu undangan kedua dan ketiga untuk berpidato aku tolak dan selama empat tahun setelah itu aku tidak pernah naik ke mimbar dan berkhotbah.”

Periode Kedua

Periode ini dimulai ketika Sayid Ruhulah Mosavi hijrah ke kota suci Qom. Saat itu, Reza Khan Pahlevi, raja pertama dinasti Pahlevi melanjutkan kebijakannya yang anti agama. Di masa ini, Sayid Ruhullah yang sedang sibuk dengan aktivitas belajar, mengajar dan menulis buku, mulai berkenalan dengan para ulama pejuang seperti Ayatollah Haj Agha Nurullah Esfahani, Ayatollah Modarres dan sejumlah nama besar lainnya. Di masa kekuasaan Reza Khan ini tercipta kondisi yang sangat mencekik. Karena itu para ulama berjuang untuk mempertahankan dan melindungi hauzah ilmiah yang merupakan pusat pendidikan agama Islam di Qom. Bisa dikatakan bahwa perjuangan mempertahankan hauzah di zaman itu tidak kalah pentingnya dari membentuk pemerintahan Islam yang kelak terjadi tahun 1979.

Periode Ketiga

Periode ini dimulai ketika Imam Khomeini (ra) menginjak usia 40 tahun. Saat itu terjadi dua peristiwa besar, pertama berkecamuknya Perang Dunia II dan jatuhnya Iran ke tangan pendudukan asing, dan kedua larinya Reza Khan ke luar negeri dan anaknya yang bernama Mohammad Reza naik ke singgasana kekuasaan.

Melihat kondisi yang ada, Sayid Ruhullah Mosavi merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk melakukan gerakan kebangkitan demi memperbaiki kondisi negeri yang carut marut. Meski telah melakukan banyak usaha, namun kebangkitan yang diinginkan tidak terjadi. Imam Khomeini yang telah dikenal sebagai salah seorang ulama besar di Qom memiliki kecakapan yang seharusnya untuk memimpin sebuah gerakan kebangkitan rakyat. Beliau sudah merasakan 20 tahun kekuasaan Reza Khan dan memiliki wawasan politik yang luas. Pada tanggal 11 Jumada Thani tahun 1363 hijriyah atau sekitar tahun 1944 masehi, Imam Khomeini merilis sebuah statemen yang menyerukan rakyat bangkit dengan memanfaatkan kondisi yang ada. “Hari ini bertiup angin ruhani yang sejuk dan hari ini adalah hari yang paling baik untuk sebuah kebangkitan demi perbaikan. Jika kalian lewatkan kesempatan ini dan tidak bangkit demi ridha Allah serta tidak mengambalikan syiar agama ke posisinya semula, maka besok, orang-orang tak bermoral dan pengumbar Shahwat akan menguasai kalian. Mereka akan mempermainkan kehormatan kalian demi kepentingannya.” Demikian bunyi statemen itu.

Periode Keempat

Periode keempat kehidupan Imam Khomeini berbarengan dengan dua peristiwa duka. Pertama adalah wafatnya Ayatollah al-Udzma Boroujerdi pada tanggal 29 Maret 1961. Dengan wafatnya marji besar Syiah ini, dunia Islam kehilangan salah satu tokoh penting yang membentengi Islam, dan di sisi lain musuh-musuh Islam dan Iran bersuka cita atas kepergian Ayatollah Boroujerdi (ra). Peristiwa kedua adalah wafatnya Ayatollah Kashani, pejuang besar dalam melawan kekuasaan imperialisme Inggris. Nama Ayatollah Kashani cukup membuat hati penguasa Britania Raya dan musuh-musuh Islam bergetar. Wafatnya dua ulama besar ini terjadi seiring dengan dimulainya periode masuknya pengaruh Amerika Serikat (AS) di Iran.

AS gencar menekan rezim Shah Pahlevi untuk memberlakukan perubahan di semua bidang sesuai kemauan Washington. Imam Khomeini menangkap sinyal bahaya besar di balik perombakan gaya AS ini. Langkah-langkah rezim Pahlevi hanya akan membuka jalan bagi AS dan Israel untuk menguasai Iran. Imam Khomeini gencar mengingatkan semua pihak untuk menyadari bahaya dari langkah-langkah Shah. Rezim melakukan pembalasan atas gerakan Imam dengan sebuah tindakan yang brutal. Tentara dan dinas keamanan (SAVAK) tanggal 22 Maret tahun 1963, bertepatan dengan peringatan Shahadah Imam Jafar Shadiq (as), dikerahkan untuk menyerang madrasah Feiziyah di Qom, tempat Imam Khomeini mengajar. Banyak pelajar agama yang gugur Shahid dalam peristiwa itu.

Peristiwa Feiziyah semakin mendorong Imam Khomeini untuk melanjutkan gerakannya. Memperingati 40 hari gugurnya para pelajar Feiziyah, Imam Khomeini menyampaikan pidatonya yang berapi-api. Beliau mengumumkan tidak akan diam sebelum menundukkan rezim Shah. Malam harinya, Imam Khomeini ditangkap dan dijebloskan ke penjara Qasr. Pagi hari, berita penangkapan Imam Khomeini didengar oleh masyarakat luas di Tehran dan kota-kota lainnya.

Massa dalam jumlah besar berbondong-bondong memenuhi jalanan dan bergerak menuju istana Shah. Mereka berjalan dengan meneriakkan yel-yel “Khomeini atau Mati”. Dengan slogan ini mereka menuntut rezim untuk membebaskan ulama pejuang ini. Rezim pun melakukan tindakan brutal dengan membantai para demonstran. Korban pun berjatuhan.

Kepemimpinan Imam Khomeini dalam gerakan melawan Shah nampaknya reda ketika rezim mengasingkan beliau ke Turki lalu Irak. Namun aktivitas perjuangan Imam Khomeini tidak berhenti meski di pengasingan. Tahun 1978, putra tertua Imam Khomeini bernama Ayatollah Sayid Mostafa Khomeini dalam sebuah peristiwa mencurigakan didapatkan terbujur kaku di kamarnya. Banyak bukti yang mengarah kepada keterlibatan SAVAK dalam pembunuhan Ayatollah Mustafa yang selalu menyertai ayahnya dalam setiap langkah.

Shahidnya Ayatollah Mostafa Khomeini kembali menyulut gelora perjuangan yang selama ini dilakukan di bawah tanah. Gelora itu kian membara setelah koran Ettelaat memuat tulisan artikel yang menghujat Imam Khomeini dan kalangan ulama secara umum. Masyarakat Muslim menggelar aksi demo dan memprotes kekurangajaran koran Ettelaat. Aksi demo itu berujung pada peristiwa pembantaian yang dilakukan tentara terhadap warga kota Qom. Gerakan kebangkitan rakyat silih berganti terjadi di beberapa kota penting, Qom, Tabriz, Isfahan, Yazd, Shiraz dan kota-kota lainnya. Puncak politik tangan besi rezim Shah terjadi pada peristiwa yang dikenal dengan nama peristiwa 17 Shahrivar 1357.

Shah Mohammad Reza Pahlevi yang menyaksikan kondisi Iran sudah tidak memungkinkan baginya untuk menetap lebih lama, segera angkat kaki meninggalkan Iran dan singgasananya. Dengan larinya Shah, Imam Khomeini yang saat itu berada di Paris memutuskan untuk kembali ke Iran. Jutaan warga menyambut kedatangan Imam Khomeini. Tiba di Tehran, Imam langsung menuju Behesht-e Zahra, taman makam para pahlawan perjuangan melawan rezim Shah. Di sana beliau menyampaikan pidatonya yang bersejarah. Imam menyatakan bahwa kekuasaan yang ada saat ini tidak legal.

Tiba tanggal 1 Februari 1979, Imam Khomeini segera memimpin langsung perjuangan rakyat Iran menumbangkan kekuasaan despotik Shah Pahlevi yang sudah di ujung tanduk. Tanggal 10 Februari, PM Shapour Bakhtiar mengeluarkan undang-undang darurat militer dan jam malam. Imam dalam sebuah amaran singkatnya menyebut jam malam tidak legal. Selama 24 jam terjadi bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara yang masih setia kepada rezim Shah.

Pagi hari tanggal 11 Februari 1979, dengan kaburnya Bakhtiar ke luar negeri, kekuasaan Shah Pahlevi berakhir. Sebagai gantinya berdiri pemerintahan baru dengan sistem Republik Islam.

Sejak kemenangan revolusi Islam hingga 2 Juni 1989 (hari wafat Imam Khomeini) terjadi banyak peristiwa penting di Iran yang menunjukkan betapa Amerika Serikat (AS) memusuhi pemerintahan Islam ini. Kelompok pemberontak sayap kanan atau kiri di Iran yang berusaha menumbangkan pemerintahan Islam didukung secara penuh, baik secara politik maupun financial, oleh Barat dan Timur. Adi daya dunia pun mendorong Saddam Hossein, dikatator Irak untuk menyerang Iran. Perang pun meletus dan berlangsung selama delapan tahun.

Berbagai makar dan tipu daya dalam skala besar dilakukan oleh adi daya Barat dan Timur untuk menggulung pemerintahan Islam di Iran. Namun berkat pertolongan Allah dan di bawah kepemimpinan Imam Khomeini, semua tipu daya itu dapat digagalkan dan pemerintahan Islam di Iran tetap berdiri dengan tegaknya.

Tanggal 2 Juni 1989, Imam Khomeini memenuhi panggilan Tuhannya. Rakyat Iran tenggelam dalam duka. Rasa duka juga dirasakan oleh jutaan pencinta Imam Khomeini di seluruh dunia. Imam Khomeini, sang Pemimpin Besar Revolusi Islam telah tiada, namun rakyat Iran tetap teguh memperjuangkan cita-citanya. Salam bagi Imam Khomeini (ra)

Terusin Bacanya......

Izl4m?c_ ArtiC3L



Sebuah Keniscayaan

Bicara tentang kekasih, identik dengan berbicara tentang cinta. Sesuatu yang dicintai dan dikasihi, dimakhlumi sebagai kekasih. Nabiyullah Ibrahim mendapat julukan Kholilullah (Kekasih Allah), artinya beliau mendapatkan cinta dan kasih sayang-Nya. Cinta yang hakiki-murni-sejati adalah cinta pada Dia, Dzat Maha Suci yang secara realitas telah memberi segala yang kita rasakan sekarang. Cinta hakiki adalah cinta pada dzat yang mencintai kita.



Betapa tidak, hanya dialah yang memberikan segalanya pada kita. Tengok saja segala yang kita miliki, semuanya berasal dari Allah SWT. Semua yang kita gunakan adalah milik-Nya, lalu atas dasar kasih-Nya Dia mengijinkan kita untuk menggunakan semua itu. Hakekatnya, badan, tanah, rumah, kendaraan, kekayaan, jabatan dan segala hal yang kita gunakan bukanlah milik hakiki kita. Itu adalah milik Allah SWT yang atas cinta-Nya dibolehkan untuk kita gunakan sehingga menjadi �milik' kita didunia. Bukti konkret bahwa semua itu bukan milik hakiki kita, hanya �milik' sementara saja, adalah ketika siapapun meninggal maka semua itu tidak dibawanya. Badan hancur lebur dimakan bakteri; tanah, rumah, kendaraan, dan kekayaan tidak ikut dikubur, semuanya diwariskan. Jabatan juga hanya tinggal sebutan. Satu-satunya jabatan yang melekat adalah : MAYAT

Semua yang kita punya berasal dari Allah SWT. Saya percaya, anda pernah berpikir mengapa anda dapat membaca buku ini ? sebab, anda punya energi yang diolah dari makanan beserta indera yang dimiliki. Padahal, proses terbentuknya energi dari makanan itu melalui suatu proses metabolisme yang canggih. Siapakah yang menjadikan proses metabolisme sejak lahir dalam diri kita ? kitakah? Bukan! Allah SWT. Dengan penuh cinta memberikannya kepada kita sejak bayi. Tanpa metabolisme, kita tak berdaya apa-apa. Organ tubuh kita dengan fungsinya masing-masing, kitakah yang membuatnya? Tentu, bukan! Allah SWT. Menciptakannya untuk kita gunakan. Kita makan nasi, siapakah yang membuat padinya? Petani ? kita, tentu, akan mengatakan : �bukan, petani hanyalah menanam�. Allah SWT. Memang sengaja menciptakan padi untuk kita makan. Dia telah berjanji memberi rizki pada setiap makhluknya. Pakaian yang kita kenakan berasal dari benang, dan benang berasal dari kapas, siapakah yang menjadikan pohon kapas? Bukan siapapun melainkan Allah SWT. Setiap apapun yang kita gunakan, terang sekali ciptakan Allah SWT. Tak ada sesuatu apapun yang kita miliki dan gunakan kecuali berasal dari Allah Dzat Maha Sayang. Kita tak punya daya dan upaya tanpa Allah SWT, la hawla wa la quwwata illa billah . Semua itu merupakan wujud sifat kasih sayang Allah SWT ( Ar rahman ) yang dia berikan kepada kita.

Realitas menunujukkan tidak ada siapapun yang mencintai kita memberi segala yang kita punyai dan kita butuhkan selain Allah Pencipta kita. Kecintaan Allah SWT. Nampak begitu nyata. Bila demikian, maka sangat rasional bila saya, anda, dan siapapun ingin menjadi kekasih-Nya. Ingin menumpahkan cinta kita kepada-Nya. Kehendak menjadi kekasih Allah SWT. Dan mencurahkan kecintaan kepada-Nya sungguh merupakan keniscayaan bagi mereka yang menyadari sebagai hamba Allah Dzat Maha Pemberi.

Wujud Nyata

Wujud cinta tersebut umumnya teraplikasi setidaknya dalam tiga bentuk. Pertama, lebih mementingkan perintah kekasihnya dari pada perintah yang lain; kedua, lebih mementingkan pertemuan dengan kekasihnya dibanding dengan yang lain; dan ketiga, lebih mementingkan mendapat keridhoan kekasihnya dari pada mendapatkan keridhoan yang lainnya. Karenanya, untuk mengecek apakah kita sudah menjadikan Allah SWT sebagai kekasih sejati atau belum mestinya kita mengecek sudahkah kita selalu taat pada perintah-Nya ? sudahkah selalu ingin bertemu dengan-Nya dalam peribadatan? Sudahkah mengharapkan keridhoan hanya dari-Nya? Kepada hukum Allah ataukah hukum thaghut? Jika jawabannya belum, maka tidak salah bila saat ini nurani anda bergumam: �hipokrit engkau wahai jiwaku!� sekalipun demikian, sampai sekarangpun belum terlambat untuk menjadikan-Nya al-Mahbub (yang dicintai). Yakinlah, kita dapat menjadi kekasih-Nya hingga nama kita senantiasa disebut-sebut di kalangan para malaikat.

Satu hal yang penting dicatat, tidak mungkin Allah SWT menyayangi dan mengasihi kita dalam keridhoan-Nya bila kita sendiri tidak mencintai-Nya. Inilah kiat pertama yang mutlak dilakukan:� Jadikanlah Allah sebagai kekasih kita, niscaya kita akan menjadi kekasih-Nya�. Katakanlah:�Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.� Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang . Begitu firman Allah SWT dalam surat Ali �Imron [3] ayat 31.

Seorang muslim, apalagi pengemban dakwah, sudah sepatutnyalah menjadikan cinta tertingginya untuk Allah SWT. Karena dia adalah penyebar ajaran-ajaran-Nya. Dengan demikian ia akan menjadi uswah dan qudwah bagi masyarakat obyek dakwahnya. Sulit dibayangkan seseorang mengajak orang lain untuk mencintai Allah SWT bila dia yang mengajaknya tidak menjadikan Allah SWT sebagai kekasihnya. Jadi, keimanan dan tanggung jawab ini akan mendorong setiap mukmin pengemban dakwah terus berusaha untuk mencintai sekaligus dicintai oleh Allah. Demikian pula muslim pada umumnya.

Langkah Menjadi Kekasih-Nya

Siapapun yang men- tadabburi kalamullah, akan menemukan beberapa sifat yang harus dimiliki agar menjadi hamba yang dicintai Khaliq- nya. Beberapa karakteristik tersebut diantaranya :

1. Beriman

Adanya iman pada seseorang, merupakan syarat mutlak bagi hamba yang berhasrat dicintai Allah. Tanpa ini, jangan harap ada cinta dari-Nya. pada ayat 18 al-Fath, yang memberikan gambaran baiatur Ridwan, Allah menjelaskan hal tersebut. Seorang mukmin, terlebih-lebih para pengemban dakwah betul-betul memiliki keimanan yang mantap disertai dengan pembuktiannya dalam kehidupan sehari-hari. Ia senantiasa bergetar hatinya apabila disebut nama Allah (artinya disebut ayat-ayat Allah) sebagai lambang kerinduan kepada-Nya, bahkan iapun berusaha selalu memahami ayat-ayat Allah dengan mendalam sehingga keimanannya makin bertambah setiap dibacakan ayat-ayat-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT :

� Sesungguhnya orang-orang yang beriman (orang yang sempurna imannya) itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakkal.� ( Qs. Al-Anfaal [8]:2 )

penampakan keimanan yang lainnya, ia senantiasa khusyu' dalam sholatnya. Sebagaimana firman Allah SWT:

� (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya.� ( Qs. Al-Mukminuun[23] : 2 )

saat melakukan sholat, pikirannya tertuju pada makna bacaan, lidahnya membaca dan hatinya menghayati apa yang dibacanya itu. Ia dapat khusyu' seperti ini karena betul-betul meyakini akan pertemuannya dengan Allah dan ia pun yakin bahwa ia pasti akan kembali dan bertemu dengan-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT :

� (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.� ( Qs. Al-Baqarah [2] : 46 )

Keimanan yang seperti ini akan juga membuahkan amal-amal yang menjauhkan diri dari perkataan yang tidak berguna. Sebagaimana firman Allah SWT:

� Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.� ( Qs. Al-Mukminuun[23]:3 )

Demikian pula ia mengeluarkan zakat, menjaga arji- nya dari berzina, selalu memegang teguh dan menyampaikan amanat, menepati janji, dan selalu menjaga sholatnya agar tidak terbengkalai. Sebagaimana firman Allah SWT :

�Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang dibalik itu maka mereka itulah orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan sembahyangnya.�( Qs. Al-Mukminun [23]:4-9 )

Dalam kitab Nashooihul �Ibad, Ibnu Hajar al-Atsqolani mengutip sebuah hadist Rasulullah SAW yang berkaitan dengan tanda-tanda keimanan :

�Suatu hari Rasulullah berjumpa dengan beberapa sahabat, beliau bertanya: �Apa kabar kalian pagi ini?' mereka menjawab: �kami tetap beriman kepada Allah.' Apa tanda iman kalian?' tanyanya, mereka pun menjawab: �kami tabah menghadapi cobaan, bersyukur atas kehidupan yang enak dan kami ridho kepada ketentuan Allah SWT.' Mendengar jawaban itu beliau bersabda: �Demi Rabb penguasa ka'bah, kalian benar-benar beriman.�

2. Bertaqwa

Allah SWT berfirman :

� (Bukan demikian) sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuatnya) dan bertaqwa maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.� ( Qs. Ali Imron [3] :76 )

�Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrik, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil Haram (perjanjian Hudaibiyah) ? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.� ( Qs. At-Taubah [9]:7 )

Para ulama mendefinisikan taqwa sebagai melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Dengan demikian, seorang pengemban dakwah akan senantiasa memaksa dan memacu dirinya untuk terikat dengan seluruh aturan Allah SWT (syariat Islam) dalam setiap keadaan apapun. Sebagaimana sabda Rasul SAW:

�Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada.� ( HR. Tirmidzi )

taqwa tidak melekat begitu saja pada seseorang. Ia lebih merupakan suatu hasil kerja terus menerus dengan amal Islami. Karenanya, taqwa perlu dibina, disuburkan dan diistiqamahkan. Kehidupan duniawi laksana seseorang yang mengendarai kuda. Bila lalai mengatur kendalinya, tak tahu kuda lari kemana dan kita bernasib bagaimana. Yang jelas kita akan tersesat dalam kondisi sesesat-sesatnya. Dalam hidup di dunia, taqwa itulah kendalinya.

Sayidina Utsman bin Affan ra pernah mengungkap lima hal penting sebagai wujud taqwa pada seseorang yaitu : suka bergaul dengan orang yang baik dalam agamanya serta dapat mengekang nafsu syahwat dan lisannya; bila ditimpah musibah keduniaan yang besar dia menganggapnya sebagai ujian; bila ditimpah urusan kecil mengenai keagamaan dia merasa untung karenanya; tidak menjejali perutnya walaupun dengan makanan yang halal karena takut tercampur dengan barang haram; dan pada pandangannya orang lain sudah berhasil membersihkan dirinya sedangkan dirinya merasa masih kotor.�

3. Berbuat Ihsan

Al Fadhil Ibn �Iyadh berkata : �Sesungguhnya sesuatu perbuatan apabila benar tetapi tidak ikhlas maka amal itu tidak diterima. Demikian pula apabila dilakukan dengan ikhlas tetapi tidak benar (showab) maka amal itupun tidak diterima, jadi harus ikhlas dan benar. Ikhlas artinya hanya karena Allah, dan benar artinya sesuai dengan sunnah Rasul Allah SAW.

Dengan demikian dengan dua syarat tadi mudahlah mengukur amal kita, termasuk amal yang ihsan (baik) atau tidak

Berkaitan dengan seruan berbuat baik, Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya :

�Dan belanjakanlah (harta bendamu) dijalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat baik.� ( Qs. Al-Baqarah [2]: 195 )

�Menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.� ( Qs. Ali Imron [3] : 134 )

Selain itu, disaat melakukan suatu perbuatan tujuannya harus betul-betul dalam rangka beribadah kepada Allah SWT; dengan seakan-akan kita melihat-Nya dan apabila kita tidak dapat melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat kita. Inilah definisi ihsan dalam beribadah menurut Rasul SAW yang tercantum dalam sebuah hadist riwayat Imam Muslim. Apabila kita sudah bersikap seperti ini (ihsan) niscaya dalam setiap melakukan perbuatan akan selalu ikhlas dan benar.

Banyak sekali amal kebaikan yang dapat dilakukan, baik yang berhubungan dengan Allah seperti sholat, membaca Al qur'an, shaum, berhubungan dengan diri sendiri seperti berakhlakul karimah, berpakaian rapi, menjaga diri dari makanan haram, ataupun berhubungan dengan sesama manusia dalam bermuamalah dan uqubat.

Jangan sekali-kali menganggap remeh suatu amal kebaikan. Sekecil apapun lakukanlah perbuatan baik tersebut, tinggalkanlah perbuatan dosa. Ingat pula, jangan menunda-nunda amal ! Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Ibnu Umar berkata: � jika engkau di waktu sore janganlah engkau menunggu pagi, dan jika engkau di waktu pagi janganlah engkau menunggu sore. Pergunakanlah sehatmu untuk beramal sebelum sakit, dan pergunakanlah hidupmu sebelum mati.�

Sementar itu, Khalifah Ali Karamaallahu Wajhah berpesan ; � jadilah kamu sebaik-baik manusia disisi Allah dan anggaplah kamu sejelek-jelek manusia menurut dirimu sendiri dan jadilah kamu orang yang berguna di Masyarakat.�

4. Selalu Sabar

Seperti halnya dalam kehidupan yang lain, dalam medan da'wah pun tidak luput dari tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan. Semua itu pada hakekatnya merupakan ujian. Maka sabar merupakan pakaian para pengemban dakwah dimanapun berada dan kondisi apapun yang tengah dihadapinya. Sabar tidaklah harus berarti berdiam diri melainkan harus berusaha juga sekuat tenaga untuk menghadapinya. Mereka yang tidak sabar termasuk orang yang merugi, ia akan cepat frustasi, marah-marah, stress, bahkan bisa jadi menyalahkan Allah SWT. Naudzu billahi min dzalik. Sabar bukanlah paket yang disediakan secara Inheren dalam penciptaan manusia. Sabar hanya akan ada pada mereka yang mengupayakannya. Anda dapat sabar ataukah tidak, terserah pilihan anda. Begitu pula saya atau dia. Bagi kita yang hendak menanam kesabaran diri ada beberapa pengalaman yang dapat dijadikan cermin untuk meraihnya upaya tersebut antara lain :

Pertama, pahamilah bahwa hidup ini adalah ujian. Sesungguhnya Allah SWT menciptakan hidup dan mati itu merupakan ujian bagi seluruh hamba-Nya (Al-Muluk:2). Berbagai bentuk ujian akan senantiasa mengiringi kehidupan seorang muslim. Apakah itu berupa ketakutan, rasa lapar, dan kekurangan harta (Al-Baqarah:155) namun ada juga berupa perkara yang baik-baik (Al-Anfal:17). Ujian akan berakhir dengan tibanya ajal. Siapa yang siap hidup harus siap menghadapi ujian.

Kedua, sadarilah bahwa seluruh ujian yang ada, sekaligus sebagai pengecek kekuatan iman seseorang (Al-Ankabut:2). Semakin kuat keimanan seseorang maka semakin banyak dan berat juga ujian hidup yang akan dialaminya. Justru, bagi seorang muslim yang mengaku beriman tetapi belum pernah diuji, mestinya bertanya pada dirinya sudah sejauh manakah kadar keimanannya. Ada seorang teman pernah ketakutan, �saya mah justru tidak akan tebal iman dan banyak taat, sebab nanti akan banyak ujian. Saya takut tidak tahan, saya tidak akan sabar menghadapi ujian, apalagi makin tinggi iman maka ujian pun semakin sulit,� ungkapnya kepada saya. Saat itu saya tidak banyak memberikan komentar. Saya hanya bercerita kepadanya. Dulu, ada orang yang mengatakan kepada saya saat masih SD bahwa ujian di SMP itu sulit. Kesulitannya jauh dibandingkan dengan ujian SD, demikian pula ujian SMU. Wah, sulit sekali, tambahnya, kesulitannya tidak bisa dibayangkan oleh tingkatan SD. Apalagi di Perguruan tinggi. �Wah, apalagi pada waktu sidang skripsi. Susah bukan main. Mana dosennya sering kali sulit ditemui, lagi�. Dan, kelak bila melanjutkan S2 lebih sulit Lagi. Bagaimana sikap anda terhadap cerita ini ? saya percaya, kita tidak akan menyimpulkan:�Wah, dari pada mendapat ujian sulit lebih baik sekolah cukup sampai SD saja. Tidak perlu SMP, apalagi SMU atau sarjana.� Benar, makin tinggi tngkat pendidikan, makin sukar ujian. Tapi, buktinya, toh tetap juga dapat dilalui dengan baik. Persoalan ujian yang berkolerasi erat dengan keimanan pun demikian. Semakin tinggi keimanan seseorang, akan semakin deras ujiannya, dan yakinlah, dia akan semakin memiliki kemampuan dan kesabaran untuk mengunggulinya seiring dengan meningginya keimanan dan ketaatan.

Ketiga, sabar itu merupakan salah satu tanda keberhasilan (Al-Imron:200). Betapa banyak kaum terdahulu yang terbinasa karena ketidak sabarannya. Orang yang tidak sabar akan suatu perkara sebenarnya telah kehilangan kesempatan untuk mengungguli perkara tersebut.

Keempat, sesungguhnya Allah SWT menyukai orang-orang yang sabar (Al-Imron:146)

Memang kesabaran bukanlah perkara yang mudah. Sebab, kesabaran memerlukan ketulusan dan kesungguhan tingkat tinggi. Agar berhasil memilikinya, biasakanlah dan perbanyaklah do'a: artinya � Ya Rabb kami, curahkanlah kesabaran kepada kami, dan matikanlah kami dalam keadaan muslim.� ( Qs. AL-A'raf:222 )

5. Tawakkal

Satu ciri lain orang yang dicintai Allah SWT adalah orang yang tawakkal. Kaum mukminin di perintahkan untuk menyerahkan segala urusannya (tawakkal) hanya kepada Allah SWT (Ali-Imron:122; Al-Maidah:11). Sebelum melakukan segala sesuatu, kita harus menyerahkan segala macam urusan kita kepada Allah SWT. Jadi bukan berusaha lalu bertawakkal kepada Allah SWT dalam setiap urusan jauh-jauh sebelumnya baru berusaha menghadapi sekuat tenaga

6. Mencintai Allah SWT

Agar kita dicintai Allah SWT, kita harus mencintai-Nya. Wujud cinta kepada Allah adalah cinta kepada sesama muslim dan keras kepada orang kafir (bukan sebaliknya), siap berjihad, dan tidak takut terhadap selaan orang yang mencela. Demikian disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 54. mencintai Allah SWT dilakukan dengan cara mengikuti jejak langkah Rasulullah SAW dalam segala peri kehidupannya (Ali-Imron:31). Lembut terhadap sesama muslim dilakukan dengan cara mencintai mereka sebagaimana mencintai diri kita sendiri, tidak menyakitinya, tidak mendzaliminya, tidak mengganggu hartanya dan memelihara kehormatannya, sedangkan keras terhadap orang kafir, terutama dalam hal-hal yang menyangkut hukum islam. Tidak ada toleransi dalam beragama, yang ada kerukunan antar umat umat beragama dibawah nauangan kehidupan Islam, dimana Islamlah yang berkuasa dibumi ini. Adapun jihad merupakan perang untuk meninggikan kalimat Allah SWT. Seorang pengemban dakwah harus merelakan dirinya untuk mati fi sabilillah karena diri orang mukmin telah dibeli oleh Allah SWT (At-Taubah:111). Demikian pula sang istri harus ridho melepas suami dan anak-anaknya kemedan pertempuran demi tegaknya dinul Islam saat kaum imperalis menggunakan senjata untuk memporakporandakan Islam, umat dan negeri-negerinya. Selain itu, Pengemban da'wah harus tahan terhadap celaan yang dilontarkan kepadanya karena celaan itu sebenarnya muncul dari orang-orang yang tidak suka kepada Islam

7. Bertaubat, membersihkan diri dan jiwa

Taubat harus menjadikan kebiasaan sehari-hari (At-Taubah:112) suatu kebahagiaan bila kita terbiasa taubat seperti terbiasanya sarapan. Taubat pun bukan hanya sesaat melainkan harus dilakukan dengan benar-benar sehingga menjadi taubatan nasuha (At-Tahrim:8). Setidaknya, agar terwujud taubatan nasuha, seorang Muslim harus menyesali perbuatan dosanya, memohon ampunan kepada Allah SWT dan berniat sungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya. Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali, dalam Minhajul �Abidin menjelaskan bahwa pembersihan dosa seseorang, tergantung kepada jenis dosa tersebut. Pertama, bila kesalahan tersebut karena kelalaian atas kewajiban dari Allah SWT, maka ia harus beristighfar dan berusaha mengqada segala kelalaiannya itu. Kedua, bila dosa itu terhadap sesama manusia, maka ia harus berusaha sekuat tenaga untuk meminta kemanfaatan dan keridhaan orang tersebut. Ketiga, bila dosa tersebut karena kedzaliman diri sendiri (tidak berhubungan dengan orang lain) maka ia harus memperbanyak amal shalih agar kelak, amalan buruknya akan terkalahkan banyaknya oleh amal shalehnya.

Rasulullah yang ma'sum, tidak kurang dari tujuh puluh kali sehari bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Bagaimana dengan kita yang penuh dosa dan tidak dilindungi dari kesalahan ?

Renungan

Itulah beberapa hal yang dapat membimbing kita untuk menjadi kekasih Allah SWT. Siapapun yang telah mencurahkan cintanya kepada Allah SWT dan berhasil menjadi kekasih-Nya, niscaya hasilnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Ini adalah janji Allah SWT yang disampaikan oleh Nabi SAW.

Suatu waktu Rasulullah SAW bersabda bahwasannya Allah Ta'ala berfirman :� Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku maka aku menyatakan perang kepadanya. Sesuatu yang paling kusukai dari apa yang dikerjakan oleh hamba-Ku untuk mendekatkan diri kepada-Ku adalah bila ia mengerjakan oleh apa yang telah Kuwajibkan kepadanya. Seseorang itu akan senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan mengerjakan kesunatan-kesunatan sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya maka Aku merupakan pendengaran yang ia pergunakan untuk mendengarnya, Aku merupakan penglihatan yang ia pergunakan untuk melihatnya, Aku merupakan tangan yang ia pergunakan untuk menyerangnya, dan Aku merupakan kaki yang ia pergunakan `untuk berjalan. Seandainya ia bermohon kepada-Ku pasti Aku akan mengabulkannya dan seandainya ia berlindung diri kepada-ku paasti aku akan melindunginya.� ( HR.Bkuhari )

Terusin Bacanya......

Izl4m?c_ ArtiC3L


CIRI-CIRI ORANG BERIMAN

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Jinn ayat 14:

... Barangsiapa menerima Islam maka sungguh-sungguh telah tepat pilihannya atas jalan yang benar.



Meskipun seseorang telah mengambil keputusan realistis memilih Islam, tidaklah serta merta ia bisa meng-klaim bahwa dirinya pasti akan masuk surga, sebagaimana klaim orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Dimasukkannya seseorang kedalam Surga hanyalah atas rahmat Allah SWT. Para ahli surga digambarkan Allah SWT didalam surat Al-Imran ayat 107 sbb:

dan bagi mereka yang wajahnya menjadi putih bersih, merekalah yang akan berada dalam rahmat (surga) Allah, mereka itu kekal didalamnya.

Pada ayat ini kata Rahmat digunakan sebagai kata-ganti untuk Surga untuk mengingatkan kita bahwa masuknya seseorang kedalam Surga adalah karena rahmat yang terbesar dari Allah SWT.
Sungguhpun demikian, Allah SWT juga memberi petunjuk kepada kita dengan Al-Qur’an bagaimana ciri-ciri orang yang patut sebagai ahli surga. Ciri-ciri ini disebutkan didalam Surat Al-Mu’minun dan Surat Al-Ma’arij. Perhatikanlah Surat Al-Ma’arij ayat 19~21.

Pertama, Allah SWT menggambarkan sifat manusia secara umum. Allah SWT berfirman:

Sebagian besar manusia berwatak sangat tergesa-gesa (tidak sabar), ketika mereka dihadapkan pada kemalangan/kesulitan mereka berputus asa. Ketika kesulitannya telah digantikan dengan kelapangan/ nikmat mereka tidak memenuhi hak-hak orang lain dan hak-hak Allah.

Namun, diantara manusia ada juga yg tidak berperilaku sedemikian. Ada pengecualian segolongan manusia yang ciri-cirinya digambarkan dalam Surat Al-Ma’arij ayat 22~25,

Terkecuali mereka yang mendirikan sholat, dan mereka senantiasa tetap memelihara sholatnya. Dan mereka membelanjakan bagian yg telah tertentu dari hartanya bagi yang berhak; bagi para peminta-minta dan orang-orang yang papa (kehilangan harta-bendanya).

Perlu digaris-bawahi bahwa Allah SWT bisa saja hanya mengatakan bahwa mereka telah mengetahui hak-hak para fakir dan miskin. Namun, Allah SWT menegaskan bahwa mereka yang beriman menyisihkan hartanya untuk para fakir dan miskin, dengan perhitungan matematis yang tepat, dan terdefinisi berapa bagian dari hartanya yg harus dikeluarkan untuk mereka yang membutuhkan (para fakir dan miskin). Dengan kata lain, mereka selalu membayar zakat yang telah ditetapkan sebesar 2.5% (dua setengah persen). Abu Bakar Ash-Shidiq R.A. adalah yang terbaik pemahamannya mengenai makna ayat-ayat ini. Beliau mengirimkan pasukannya untuk memerangi pengingkar zakat meskipun mereka yang ingkar itu tetap mengerjakan shalat. Dikatakannya bahwa sholat seseorang tidak akan diterima Allah SWT sehingga ia melunasi zakatnya.

Karena itulah, Allah SWT hampir selalu menyebut secara bersamaan setiapkali berfirman tetang kewajiban Shalat dan Zakat didalam Al-Qur’an. Lebih lanjut, Allah SWT memberi petunjuk agar kita bersedekah/berinfaq sebagai tambahan selain membayar Zakat di berbagai ayat didalam Al-Qur’an. Surat Al-Muzammil ayat 20:

Dan dirikanlah sholat dan bayarlah Zakat, dan pinjamilah Allah SWT dengan pinjaman yang baik.

Ciri-ciri berikutnya dari orang-orang yang termasuk dalam golongan khusus ini adalah, mereka beriman atas adanya Hari Pengadilan/ Pembalasan (yaumuddin) tidak hanya diimani dengan lisan, melainkan juga dengan kesadaran untuk mempertanggung-jawabkan segala amal-perbuatan (selama hidupnya di dunia) pada hari tersebut. Sebagai contoh orang-orang yang akan diberikan catatan amal-perbuatan di tangan kanan mereka di Hari Pembalasan, akan menerangkan bahwa rahasia keberhasilan mereka itu adalah sebagaimana yang tertuang dalam ayat 20 Surat Al-Haqqah berikut ini:

Sungguh, aku yakin bahwa aku pasti menemui hisab terhadap diriku.

Perhatikan pula Surat Al-Ma’arij ayat 26~28:

Dan mereka yang membenarkan adanya Hari Pembalasan. Dan mereka takut kepada adzab/siksa Tuhan mereka. Sungguh siksa Tuhan mereka itu membuat tak seorangpun merasa aman.

Ciri-ciri berikutnya dari orang-orang mukmin yakni, mereka selalu takut terhadap adzab Allah SWT. Ketika para sahabat mendengar ayat-ayat tersebut, mereka bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, ”Ya Rasulullah (SAW), Apakah dirimu juga takut dengan Adzab Allah SWT?”. Beliaupun menjawab:”Tentu saja, bahkan akupun takut dengan adzab Allah SWT karena tak seorang pun bisa menganggap dirinya terbebas dari adzab Allah SWT.”

Karena itu, seorang muslim tidak boleh menyombongkan diri atas amaliyah keislamannya. Ia hendaknya berperilaku rendah hati dan semakin rendah hati lagi, dan semakin takut terhadap adzab Allah SWT. Selanjutnya Allah berfirman dalam surat Al-Ma’arij ayat 29~31:

Dan mereka itu menjaga kemaluan mereka. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak perempuan yang mereka miliki, maka sesungguhnya dalam hal demikian ini mereka tiada tercela. Barangsiapa yang mencari selain dari itu maka mereka itu telah melanggar batas.

Dengan demikian, maka segala bentuk pemuasan birahi/sexual selain yang disebut dalam ayat diatas berada diluar garis ketentuan Allah SWT dan samasekali tidak diperkenankan oleh Allah SWT.
Ciri-ciri mukmin yg lain, disebutkan Allah SWT dalam Surat Al-Ma’arij ayat 32 bahwa:

Mereka memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji-janjinya.

Mengkhianati amanat yang diemban dan melanggar janji tergolong dalam dosa-dosa besar. Rasullullah Muhammad SAW bersabda: “Janji adalah hutang yang harus dibayar”.
Selanjutnya, dalam Surat Al-Ma’arij ayat 33 Allah SWT berfirman:

Dan mereka itu berpegang teguh atas kesaksian (syahadat) mereka.

Ini berarti pula bahwa mereka memelihara didalam hati-sanubari, janji mereka kepada Allah SWT atas ke-Islam-an mereka. Perhatikan Surat Al-Ma’arij ayat 34,

Dan orang-orang yang memelihara (dengan sebaik-baiknya) sholat mereka.

Didalam ayat ini Allah SWT menyatakan bahwa orang-orang beriman itu sangat penuh perhatian terhadap sholat mereka dan mengerjakan semuanya, yang fardhu dan yang sunnah.

Sangat menarik bahwa disini kita melihat bahwa Allah SWT mengawali penguraian ciri-ciri mukmin dari hal penegakan sholat dan mengakhiri dengan hal sholat juga. Dengan demikian menjadi jelaslah bahwa sholat adalah hal yang sangat penting dalam pandangan Allah SWT, oleh karena itu pertama kali yang akan ditanyakan kepada setiap orang di Hari Pembalasan nanti adalah Sholat, jika mereka gagal dalam hal sholat maka tidak satu pun dari amalan lainnya diterima oleh Allah SWT.

Selanjutnya, didalam Al-Ma’arij ayat 35 Allah SWT menetapkan keputusan-Nya bahwa orang-orang yang memiliki ciri-ciri sebagaimana telah diuraikan diatas, akan diberi ganjaran Taman Surga. Tampak jelas disini bahwa ada banyak hal yang harus dikerjakan oleh seseorang agar dirinya menjadi calon yang layak sebagai penghuni Surga.
Sesungguhnya, jika seseorang mengerjakan secara tulus-ikhlas salah satu dari hal-hal tersebut, hal-hal yang lainnya bisa dikerjakannya secara mudah dan otomatis. Jika ia mengamalkan seluruh resep tersebut maka, atas kemurahan/kasih-sayang Allah SWT, ia masuk Surga.

Semoga Allah SWT menganugerahi kita kekuatan untuk melaksanakan kesemua ciri-ciri diatas.
Hadiah terpenting dari Allah SWT kepada umat manusia adalah disediakan-Nya petunjuk yang membimbing kita dari berbagai bentuk kegelapan kepada cahaya yang terang. Allah SWT sangat-sangat berbahagia jika kita memanfaatkan petunjuk-Nya. Sebagaimana tertuang dalam Surat Al-Ahzab ayat 43,44:

Dialah (Allah SWT) yang telah merahmatimu, dan demikian juga para malaikat-Nya (memohon untukmu), Agar Dia mengeluarkanmu dari kegelapan kepada cahaya, dan Dia adalah yang sangat penyayang kepada orang-orang beriman.

Penghormatan bagi mereka (mukminin) pada hari perjumpaan dengan-Nya adalah Salam. Dan Dia (Allah SWT) telah menyiapkan pahala yang mulia bagi mereka.

Allah SWT berfirman kepada Rasulullah SAW didalam Surat Al-Ahzab ayat 47:

Dan kabarkanlah kepada orang-orang beriman berita gembira, bahwa mereka akan mendapat karunia yang besar dari Allah.

Semoga Allah SWT memperhitungkan kita termasuk didalam golongan mereka yang akan memperoleh karunia yang besar dari-Nya. Amiin



Terusin Bacanya......

Izl4m?c_ ArtiC3L


Menjadi perempuan adalah anugrah. Menjadi perempuan yang beriman dan berislam, itu jauh lebih indah lagi. Mau tahu kenapa? Karena menjadi perempuan muslimah itu merupakan sebuah berkah yang tidak dialami oleh semua perempuan di dunia. Dan berkah ini akan menjadi lebih sempurna ketika sebagai muslimah, kita menyadari akan keistimewaan ini. Kenapa bisa begitu? Karena ternyata di luar sana, banyak banget mereka yang mengaku dirinya muslimah namun masih bingung dengan jati dirinya sendiri. Mereka akhirnya berusaha mencari jawaban kebingungan itu dengan mengambil jalan lain yang nggak ada benernya sama sekali.



Jalan lain ini seringnya sok menjadi pahlawan kesiangan bagi perempuan sehingga seakan-akan perempuan sendiri merasa diistimewakan. Salah satunya adalah ide feminisme yang (katanya) memperjuangkan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan. Tapi muslimah cerdas nggak bakal dong terjebak dengan ide yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam ini. Sebab, bukannya menjadi mulia, feminisme justru membawa perempuan kepada keterpurukan yang makin parah dalam semua sendi kehidupan (tema ini akan dibahas khusus di edisi berikutnya, insya Allah).

Trus, gimana dong supaya kamu, saya, dan kita semua bisa menjadi perempuan mulia dan hebat dunia-akhirat? Pasti dong ada langkah-langkah jitu untuk mencapainya. Ikuti terus yuk bahasannya.

Muslimah itu harus cerdas

Poin ini selalu saya tujukan bagi perempuan siapa pun dia adanya dan di mana pun dia berada. Why? Karena perempuan cerdas itu indah. Ia nggak mudah dibohongi oleh apa pun atau siapa pun, baik oknum itu berupa sosok bernama laki-laki ataupun sosok bernama ideologi. Laki-laki di sini yang dimaksud adalah laki-laki yang nggak beriman dong. Karena kalo yang beriman, otomatis ia pasti memuliakan perempuan. Sedangkan sosok bernama ideologi utamanya kapitalisme dan sosialisme, akan mudah mempecundangi perempuan nggak cerdas dengan banyak cara. Eksploitasi perempuan adalah salah satunya.

Perempuan cerdas nggak akan mudah terpesona dengan bujuk rayu nggak bermutu ini. Ia memahami bahwa kecerdasan perempuan itu bukan hanya aksesori semu di atas panggung semata. Perempuan cerdas itu terwujud dalam karya nyata. Ia berprestasi dalam bidang yang memang benar-benar memaksimalkan peran otak dan akal, bukan sekadar akal-akalan saja. Memang ada? Banyak malah. Tuh lihat aja kontes puteri atau miss apalah itu namanya, menjadikan otak alias brain sebagai pajangan asal pantas. Soalnya tanpa kriteria brain, si panitia takut kalo masyarakat akan menganggap lomba-lomba semacam itu hanya bisa mengandalkan tubuh seksi perempuan semata. Padahal mah kenyataannya iya banget. Naif banget kalo kamu masih percaya kecerdasan turut diperhitungkan dalam kontes semacam ini. Sumpeh deh lo!

Perempuan cerdas itu langsung terasa efeknya ke masyarakat. Selain mengukir prestasi dalam bentuk kemampuan akademis yang oke, kecerdasan pun bisa juga diraih dalam bentuk lain. Salah satunya adalah kecerdasan dalam menyikapi fakta yang tersaji di depan mata lalu berusaha menicarikan solusi cerdas atas semua masalah yang ada. Misalnya dalam menyikapi harga BBM yang semakin mahal. Perempuan cerdas langsung memahami bahwa itu semua terjadi gara-gara diterapkan sistem Kapitalisme yang jadi kiblat pemerintah saat ini. Negara menjadi macan ompong yang nggak mampu menjamin kesejahteraan rakyatnya. Negara cuma berperan sebagai pedagang untuk mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya dengan dalih pengurangan subsidi.

Sayangnya, sekolah yang ada saat ini sangat tidak mencerdaskan muridnya terutama kaum perempuan. Diperparah dengan liberalisasi pendidikan alias pemerintah sudah nggak mau bertanggung jawab terhadap pendidikan rakyatnya, jadilah sekolah-sekolah itu disulap menjadi barang mewah yang mahal dan tak terjangkau. Klop banget untuk menjadikan perempuan jauh dari kecerdasan.

Tapi sebenarnya yang namanya kecerdasan, bisa ditempuh dan diasah dalam ranah kehidupan yang lain. Sekolah kehidupan internasional adalah solusinya. Apa itu? Yaitu sebuah sekolah yang menjadikan kurikulum universal sebagai materi pelajarannya, dengan standar Islam sebagai patokan. Laboratoriumnya juga canggih karena langsung terjun ke masyarakat tanpa harus nunggu program KKN yang biasa ada di perguruan tinggi. Muslimah jenis ini, sudahlah cerdas otaknya, cerdas pula empatinya. Top banget dah.

Berakhlak mulia juga harus dong!

Non, selain cerdas, perempuan itu kudu berakhlak islami. Percuma aja punya kecerdasan kalo ternyata nggak bermoral dan akhlaknya rusak. Banyak banget tuh kejadian ayam kampus atau ayam abu-abu (sebutan untuk pelacur yang masih kuliah atau SMA) yang berotak brilian namun jangan ditanya soal akhlak. Mereka obral diri hanya demi gepokan rupiah. Tentu bukan seperti ini gambaran perempuan mulia dan hebat itu.

Akhlak bisa ada pada diri perempuan bila ia beriman. Karena sesungguhnya standar akhlak sendiri adalah bagian dari syariat Islam dalam rangka menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Dan hal ini berkaitan banget dengan akidah yang dianut seseorang. Misal nih, kamu mempunyai akhlak dengan sifat jujur. Bukan semata-mata karena jujur itu baik, tapi seharusnya kamu sadar bahwa jujur itu baik karena Allah bilang jujur itu baik. Dan kalau Allah bilang itu baik maka itu artinya perbuatan itu akan memperolah nilai dan pahala di hadapanNya.

Pada satu momen, ketika Allah bilang jujur nggak baik ya kita harus nurut bahwa jujur itu nggak baik. Ada tiga kondisi dalam Islam yang memperbolehkan seseorang untuk berlaku tidak jujur. Pertama adalah dalam hubungan suami istri untuk membahagiakan pasangan, kedua adalah dalam peperangan, dan ketiga adalah ketika mendamaikan dua orang yang bermusuhan. Jadi, dalam kejujuran pun standar yang kita pake jelas banget yaitu Islam saja. Hal ini berlaku juga untuk bentuk-bentuk akhlak lainnya semisal ramah, baik hati, tidak sombong, suka menabung, patuh pada orang tua dll (hihi, kayak dasadarma pramuka yah).

Kecantikan diri patut dijaga

Kecantikan adalah sebuah hal yang secara alami ada pada diri tiap perempuan. Yakinlah, tak ada istilah perempuan berparas buruk. Bila ada yang mempunyai pendapat seperti ini, sungguh pada saat yang sama ia telah menghina Allah Ta’ala yang menciptakan paras tersebut. Cantik atau jelek kan cuma masalah selera. Yang dianggap paras kurang cantik bagi orang Asia, eh….ternyata digandrungi sama orang bule di daratan Eropa sana. Eksotis, katanya…ciee.

Terlepas dari itu semua, kecantikan yang ada pada diri perempuan kudu dijaga sebagai bentuk amanah kita pada Sang Pencipta. Menjaga kecantikan nggak harus ke salon tiap hari. Merawat kecantikan nggak harus juga luluran merata ke seluruh tubuh biar kinclong, mandi berjam-jam karena harus memakai berbagai macam krim untuk tubuh, menikur en pedikur atau apa pun namanya yang jelas-jelas itu semua hanya menghamburkan uang dan waktu.

Jangan sampai karena pedulinya kamu sama kecantikan sehingga membuat sebagian besar waktu dan uangmu habis untuk hal ini saja. Merawat kecantikan yang ideal itu sebetulnya adalah ketika tubuh kita bisa beraktivitas secara maksimal karena sehat. Percuma juga tubuh cantik bagai porselen kalo ternyata malas beraktivitas dengan dalih takut bedak luntur, misalnya. Percuma juga langsing kayak tiang listrik kalo penyakitan karena diet yang ketat.

Intinya, mempertahankan kecantikan diri cukup dengan standar Islam saja yang sangat menyukai kebersihan. Mandi minimal dua kali sehari, sikat gigi teratur, jaga kebersihan rambut dan anggota tubuh yang lain juga.

Last but not least, kecantikan itu bagaimana pun bentuknya, standarnya kudu Islam saja. Percuma juga cantik kalo ternyata nggak menutup aurat. Percuma juga kulit mulus kalo ternyata nggak pernah sholat. Ih….naudzhubillah. Karena ternyata kecantikan hakiki itu adalah gabungan dari kecerdasan otak dan akhlak yang nantinya memancar pada sikap dan perilaku seseorang sebagai bukti ketaatan pada hukum syara’ yang telah ditetapkan aturannya oleh Allah Swt.

Adakah sosok idaman itu?

Hmm…pertanyaan yang nggak mudah untuk dijawab. Kalo saya mau angkat tangan, kesannya kok narsis banget (hehehe..). Biar adil, saya akan menunjuk seseorang lain yang memenuhi kriteria di atas itu. Seorang perempuan, yang pasti muslimah dong, cerdas, berakhlak bagus dan cantik. Ia kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, jurusannya pun terkenal sangat sulit ditembus oleh orang yang berotak pas-pasan.

Sampai di sini, jelas banget kalo muslimah ini punya otak dan kecerdasan di atas rata-rata. Tidak itu saja, pemahaman keislamannya pun top banget. Kalo saya mengatakan paham, itu beda dengan ?tahu’. Artinya, ia mengamalkan Islam dengan maksimal. Ia ramah dan supel, baik hati, tidak sombong, suka menabung dan patuh pada orang tua. Hapalan al-Qurannya top, kemampuan bahasa Arab dan bahasa Inggrisnya juga oke.

Dari segi kecantikan, subhanallah. Ia dikaruniai Allah fisik yang sempurna. Nggak ada orang yang bilang ia jelek. Saya aja sesama cewek, juga ikut tersepona dengan kecantikanya yang inner dan outer itu. Apa inti dari ?sharing’ saya ini? Maksudnya ingin saya tunjukkan bahwa sosok muslimah ideal dan idaman umat itu ada. Hanya saja ia ada dalam jumlah dan stok yang terbatas. Why?

Setangkai bunga yang indah akan tumbuh dengan sempurna bila tanah dan iklimnya bagus serta sesuai. Begitu juga dengan muslimah idaman umat. Sosok-sosok ini akan tumbuh bila iklim alias lingkungan yang ada mendukungnya untuk berkembang dengan sempurna. Tapi apa fakta yang ada? Sistem yang diberlakukan kepada kita saat ini sungguh iklim rusak yang penuh noda. Sekulerisme yang diterapkan saat ini meniadakan peran agama dalam kehidupan. Kapitalisme yang mendewakan materi sebagai sumber kebahagiaan hidup pun juga dipuja-puja.

Lihat tuh, para perempuan cantik yang seksi mengumbar aurat di tempat umum, teryata sholatnya rajin juga. Bahkan saya sempat terkecoh dengan salah satu teman yang ketika berangkat ke kampus berkerudung rapat padahal hari-hari biasanya nggak. Saya pun mengucapkan selamat padanya. Bukankah kebaikan itu harus disyukuri dan diucapkan selamat padanya agar berkesinambungan? Ternyata ia mengatakan bahwa berkerudungnya itu karena ia habis menghadiri rapat sebuah perkumpulan mahasiswa muslim. Ia menyebutnya fleksibel karena itu artinya ia bisa berada di mana-mana. Rapat tentang Islam oke yang itu artinya ia berbaju muslimah. Dugem pun ayo aja yang itu artinya pake baju buka-bukaan. Waduh, jadinya baju muslimah itu dipakai hanya sekedar dress code aja yah? Capee deh.. ngikutin jalan pikiran kayak elo!

Dari kedua sosok di atas, sudah bisa dipastikan bahwa contoh kedua-lah yang paling banyak ditemui di sekeliling kita. Islam tidak lagi diakui sebagai the way of life. Namun Islam hanya sebagai mode dan gaya yang kebetulan lagi tren. Apalagi diperparah dengan ide demokrasi yang sangat mengagungkan kebebasan berekspresi termasuk dalam hal pakaian, jadilah baju muslimah dianggap sebagai salah satu pilihan yang bisa dipilih suka-suka. Kalo suka ya dipake, kalo nggak ya dilipat aja dalam lemari. Waduh!

Nggak bisa dibayangkan wajah bangsa ini ke depan, bila perempuannya plin-plan kayak gini. Tapi sangat bisa diprediksi sehebat apakah suatu kaum apabila perempuannya sekaliber contoh pertama di atas. Dan itu telah dibuktikan oleh Islam yang gilang-gemilang selama 13 abad dengan kualitas perempuan yang mulia dan hebat. Kalo sudah ada bukti cemerlangnya peradaban dalam naungan Islam, so buat apa kita butuh peradaban lain semacam demokrasi dan Kapitalisme? Jadi, tak ada pilihan lain untuk menciptakan generasi muslimah hebat dambaan umat kecuali kita campakkan bersama-sama semua ide yang rusak dan merusakkan. Setuju? Akur dong!

Terusin Bacanya......

Izl4m?c_ ArtiC3L



Apa itu Ilmu Nahwu dan Sharaf?

Posted by: Khairul Umam Al Batawy In: Dasar & Pengenalan

Assalamu’alaikum. . kita sering denger istilah Nahwu dan Sharaf.. tapi kita tahu gak ya, bedanya nahwu sama sharaf itu apa? soalnya biasanya, ketika disebut nahwu maka sharaf ikut disebut dan sebaliknya.. lalu, apa dong bedanya?

Nahwu: secara bahasa memiliki arti seperti atau misalnya (Kamus Al Munawwir)
secara istilah, sebagaimana yg dikatakan pengarang kitab Al Fawakih Al janiyyah, sebuah kitab penjelasan dari kitab Mutammimah (yang merupakan penjelasan dari kitab jurmiyyah):
Nahwu adalah ilmu tentang pokok, yang bisa diketahui dengannya tentang harkat (baris) akhir dari suatu kalimat baik secara i’rab atau mabniy… (baris atau harkat yg dimaksud disini adalah baris atau harkat terakhir dari suatu kata, contoh Alhamdu, maka yg dibahas dalam ilmu nahwu adalah harkat terakhir yaitu dhammah dri kata du)

biar pada ngerti maka kita make contoh dah… misalnya kita baca basmallah kan bismillahIrrahmanIr ahimi.. pernah kepikir gak knp dibaca kayak gitu? kenapa bismillahi gak BismillahA atau bismillahu? Arrahmani gak Arrahmana atau Arrahmanu? nah, disinilah fungsi ilmu nahwu, yaitu membuat sebuah kata bisa dibaca dengan benar sehingga menghasilkan makna atau arti yang benar.. karena bahasa arab itu, beda baris, maka bisa beda makna bahkan ada yg gak bisa diartiin kalo barisnya salah… catet!

Sharaf: secara bahasa memiliki arti perubahan kata (kamus Al Munawwir) secara istilah sharaf adalah perubahan bentuk kata dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain… misalnya, dalam bahasa indonesia, kita bisa menggunakan kata teman, berteman, pertemanan, menemani, ditemani.. maka begitu juga dengan bahasa arab.. dan ilmu sharaf lah yang membahas masalah seperti itu…


Terusin Bacanya......

kasus pita cukai yg terungkap


Kasus Cukai Rokok Palsu Rugikan Rp 1 T, Anak Bos Sindikat Jadi Tersangka
SURABAYA - Kasus cukai rokok palsu sindikat Bambang Soegiharto dilaporkan telah merugikan negara sekitar Rp 1 triliun. Itulah rilis resmi yang dibeberkan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Jatim kemarin. Selain itu, DJBC mengungkapkan tambahan tersangka dari Surabaya. Mereka adalah David (anak Bambang) dan Ahmad Feri, karyawan Bambang.



''Bila dalam keterangan awal pekan lalu saya menyebutkan Rp 560 miliar, itu perkiraan awal dari barang bukti di gudang Slipi, Jakarta, saja. Tapi, setelah kami hitung kembali, semua ternyata Rp 1 triliun,'' beber Dirjen Bea dan Cukai Anwar Suprijadi di Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Jatim I kemarin.

Dalam merilis kasus cukai palsu itu, Anwar didampingi Kakanwil Bea dan Cukai Jatim I Jasman Sutedjo beserta sejumlah staf. Orang nomor satu di jajaran bea dan cukai tersebut juga mengumumkan tambahan barang bukti hasil dari pemeriksaan di tiga tempat sekaligus. Yaitu, di Jalan Jemur Andayani XI/3-5 Surabaya (rumah Bambang, Red), rumah di Jalan Jemur Andayani VII/5-7 (rumah anak Bambang, Red), dan rumah di Jalan Kutisari Utara V/19a (rumah lain milik Bambang, Red). Barang bukti yang disita di tiga tempat itu 31,5 rim atau 1.890.000 keping cukai palsu, tujuh rol hologram pita cukai, tiga senpi, dan satu unit mobil Kia Sedona bernopol L 9 EY yang belakangan diketahui milik Kombespol Ignatius Sumbodo.

Petugas bea dan cukai juga menyita dua unit mobil yang lain. Yaitu, Kia Carnival bernopol L 9 RL yang ditemukan mogok di kawasan Porong memuat tiga karton pita cukai dan Nissan Terano bernopol L 999 PA yang memuat empat karton pita cukai palsu.

Anwar kemudian menceritakan kronologi pengungkapan kasus tersebut. ''Semua berawal di wilayah kerja Kanwil Bea dan Cukai Jatim I Desember 2008,'' katanya.

Petugas saat itu juga berhasil mencegah empat kasus cukai rokok palsu. ''Tapi, saat itu tak bisa dikembangkan. Sebab, sistem yang dipakai di sindikat ini adalah sistem sel. Jadi, terputus dan sulit dilacak,'' tambahnya.

Namun, tak lama kemudian petugas mendapatkan jalan. ''Kali ini tak segera kami tangkap. Tapi, kami lakukan pengintaian,'' kata Anwar. Setelah penyelidikan agak lama, hasilnya mengarah ke sindikat besar milik Bambang Soegiharto yang lebih dikenal dengan sebutan Frans. Butuh waktu lama bagi Bea dan Cukai untuk menyusun penggerebekan tersebut.

Tak tanggung-tanggung, menilik besarnya sindikat Bambang, bea dan cukai membentuk sejumlah tim. ''Bila tiba saatnya, kami ingin langsung menggerebek secara simultan,'' tandasnya. Memang, penggerebekan yang dilakukan pada Minggu (17/5) boleh dibilang simultan.

Dimulai pada Minggu (17/5) sekitar pukul 01.00, petugas menggerebek percetakan pita cukai palsu Bambang di kawasan Palmerah. Di tempat itulah, gembong sindikat tersebut, Bambang Soegiharto, dibekuk. Selain itu, petugas menangkap seorang kolega Bambang di dunia ilegal yang berinisial H. Selain itu, petugas mengamankan AKP S, anggota polisi yang diduga membekingi sindikat cukai palsu itu.

Kendati telah menangkap gembongnya, bukan berarti petugas bea dan cukai bisa menepuk dada dulu. Sebab jaringan Bambang masih tersebar luas. ''Saat ini yang bergerak secara simultan adalah Direktorat P2 (penindakan dan penegahan) Ditjen Bea dan Cukai Pusat; Kanwil DJBC Jakarta, Jateng, dan DIY, serta Jawa Timur I dan Jawa Timur II,'' tandas Anwar.

Sindikat pita cukai palsu sebenarnya sudah berusaha diberantas selama sekitar empat tahun terakhir. Ditjen Bea dan Cukai kerap memublikasikan sitaan rokok-rokok yang beredar dengan menggunakan pita cukai palsu. Namun, yang terungkap hanya rokok-rokok berpita cukai palsu, sedangkan sang produsen masih sulit dikejar.

Anwar menjelaskan bahwa pemalsuan pita cukai yang terungkap pertengahan bulan ini melibatkan sindikat yang cukup rapi. Mereka memiliki sel jaringan produksi, pengecer, dan pembeli yang terputus. "Itulah mengapa selama ini yang kami ungkap cuma beberapa rim," kata Anwar kepada Jawa Pos.

Duga Pabrik Rokok Besar Terlibat

Tersendatnya penyidikan kasus cukai rokok palsu itu dilaporkan karena Bambang Soegiharto tidak kooperatif. ''Lebih banyak bilang tak tahu. Sering bahkan tak menjawab,'' kata Kepala Sub Penindakan Ditjen Bea dan Cukai Pusat Heru Sulastiono.

Kendati sudah berjalan seminggu, hingga tadi malam belum banyak modus sindikat tersebut yang diketahui petugas. Soal harga pita cukai palsu, misalnya. Bisa dipastikan bahwa Bambang menjual pita cukai dengan harga yang lebih murah. Tapi, seberapa murah dan berapa perbandingannya, petugas belum tahu. ''Masih mbulet dia. Sudah ditanyakan, tapi dia banyak tutup mulutnya,'' kata Heru.

Kanwil DJBC Jatim I Jasman Sutedjo juga menyatakan belum tahu banyak soal berapa harga yang dibanderol sindikat itu untuk pita cukai palsu. Padahal, awal pengungkapan kasus itu adalah temuan di Jawa Timur. ''Itu masih kewenangan pusat. Tapi, sekadar ilustrasi, pita cukai Tak Kooperatif, Bambang Tutup Mulut asli yang dibeli pabrik rokok itu sesuai dengan harga yang tertera di pita cukai tersebut,'' ujarnya.

Yang diketahui petugas, sindikat Bambang menggunakan system sel terputus. ''Bambang tak langsung menjual pita itu ke pabrik rokok. Tapi, melalui tangan kesatu, kedua, ketiga, dan seterusnya. Jadi menggunakan jalan memutar. Cuma bagaimana persisnya 'jalan memutar' itu dan siapa saja orang-orangnya, itu yang masih kami perdalam,'' kata Heru.

Soal ke mana saja pita cukai palsu tersebut dilempar kini tengah diperdalam. Menurut sebuah sumber di bea dan cukai, semua pabrik rokok yang menjadi user akan diinventarisasi terlebih dahulu, kemudian digerebek secara simultan. Sumber tersebut menuturkan bahwa sejumlah pabrik rokok besar (yang termasuk golongan I) yang menjadi user pita cukai rokok palsu itu.

''Sembilan tahun beroperasi dengan frekuensi pengiriman yang masif, sulit dipercaya bila tidak ada pabrik rokok besar yang terlibat,'' katanya. Yang memudahkan adalah regulasi pita cukai rokok itu sendiri. Sejak 2007, tiap pita cukai rokok ada nama pabriknya. Tujuannya, mencegah jual-beli pita cukai sesama pabrik rokok.

Namun, Dirjen Bea dan Cukai Anwar Suprijadi mengatakan belum bisa memastikan. ''Hingga kini, yang ketahuan masih pabrik rokok golongan III (golongan kecil, Red). Tapi, tak tertutup kemungkinan ada pabrik rokok golongan I yang terlibat. Namun, saya tak mau berandai-andai. Ini masih awal sekali. Lihat saja perkembangannya nanti,'' tandasnya. (ano/sof/iro)


Terusin Bacanya......

Izl4m?c_ ArtiC3L


1. Daripada Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu telah berkata : Aku mendengar Rassulullah S.A.W bersabda : Sesungguhnya Allah berfirman (maksud) : Wahai anak Adam! Apabila engkau memohon dan mengharapkan pertolonganKu maka Aku akan mengampunimu dan Aku tidak menganggap bahawa ia suatu yang bebanan. Wahai anak Adam! Sekalipun dosa kamu seperti awan meliputi langit kemudian kamu memohon keampunanKu, nescaya Aku akan mengampuninya. Wahai anak Adam! Jika kamu menemuiku(selepas mati) dengan kesalahan sebesar bumi, kemudiannya kamu menemuiKu dalam keadaan tidak syirik kepadaKu dengan sesuatu nescaya Aku akan datang kepadamu dengan pengampunan terhadap dosa sebesar bumi itu.
- Riwayat imam Tarmizi dan kata beliau ia adalah hadis Hasan Sohih -

2. Di dalam sohih Muslim tercatat : Firman Allah Ta’ala ( maksud ) : Sesiapa yang mendekatiKu sejengkal maka Aku akan mendekatinya sehasta. Dan sesiapa yang menghampiriKu sehasta maka aku kan menghampirinya sepemeluk dan sesiapa yang datang kepadaKu dalam keadaan berjalan maka Aku akan kepada dalam keadaan bersegera. Dan sesiapa menemuiKu(selepas mati) dengan dosanya sebesar bumi tetapi tidak syirik padaKu dengan sesuatu nescaya Aku akan menemuinya dalam keadaan mengampuni dosa sebesar bumi itu.

3. Hadis yang artinya : Demi tuhan yang mana diriku berada pada tanganNya (kekuasaan) sekiranya kamu melakukan kesalahan sehingga memenuhi dosa-dosa itu antara langit dan bumi kemudian kamu memohon keampunan Allah nescaya Dia akan mengampunimu.

4. Di dalam Hadis Qudsi yang artinya : Satu kebaikan akan diganda sepuluh malah lebih, manakala satu kejahatan tetap dikira satu (tidak diganda) ataupun aku mengampuninya. Sekalipun kamu menemuiKu(selepas ,mati) dengan dosa sebesar bumi tetapi tidak syirik kepadaKu dengan sesuatu maka Aku akan menemuinya dengan mengampuni dosa sebesar itu.
- Dipetik dari kitab Al-Ittihafat -

5. Dalam hadis sohih yang lain yang artinya :Doa adalah senjata bagi orang mukmin, tiang agama dan cahaya yang menerangi langit dan bumi.

6. Rasulullah S.A.W telah bersabda yang artinya : Sesiapa yang banyak beristighfar maka Allah akan menjadikan baginya daripada setiap kesusahan jalan penyelasaian, daripada setiap kesempitan jalan keluar dan akan diberikan rezeki dengan cara yang tidak diketahui.

7. Rasulullah S.A.W telah bersabda yang artinya : Tiada daripada seorang muslim yang memohon doa sedangkan dia sendiri bersih dari dosa dan juga dia tidak pernah memutuskan perhubungan silaturrahim sesama manusia melainkan Allah akan menganugerahi kepadanya satu dari tiga perkara ini : sama ada terus diterima doanya, sama ada Dia akan menangguhnya sehingga hari akhirat ataupun disimpan(ampun) segala kejahatan yang seumpanya (permintaan tadi). Maka para sahabat bertanya : Sekalipun banyak? Sabda baginda S.A.W : Allah lebih banyak pemberianNya.


Terusin Bacanya......

Izl4m?c_ ArtiC3L

NABI MUHAMMAD SEBAGAI NABI DAN RASUL TERAKHIR

(Muhammad dalam Al-Quran) Nabi Muhammad sebagai rasul terakhir yang diutus Allah berdasarkan firman Allah
dalam Al-Quran: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapa daripada seorang lelaki di antara kamu, tetapi dia
adalah Rasullullah dan penutup segala nabi-nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Surah Al-
Ahzab:40)


Dalam sebuah hadis yang sahih Nabi Muhammad SAW bersabda: “Perumpamaanku dan nabi-nabi adalah
seperti seseorang yang membina sebuah rumah. Dia sudah menyempurnakan pembinaannya dan juga memperindah
bangunan itu melainkan di satu tempat yang tiada batu batanya. Setiap orang yang memasuki rumah itu akan berkata:
“Alangkah indahnya rumah ini kecuali di tempat batu bata ini sahaja”. Akulah tempat batu bata itu dan
akulah penutup segala nabi.” (Riwayat Bukhari dan Muslim). Nabi Ibrahim pernah berdoa kepada Allah supaya
diutus seorang Rasul kepada penduduk-penduduk Mekah sepertimana dalam Surah Al-Baqarah ayat 129. Allah
memakbulkan doa nabi Ibrahim dengan mengutus nabi Muhammad SAW sebagai rasul seperti yang diceritakan dalam
Surah Al-Anbiya ayat 107. (Muhammad dalam Bible) Kitab-kitab yang diturunkan Allah seperti Taurat dan Injil
mengandungi kisah-kisah yang terperinci mengenai Nabi Muhammad SAW. Allah berfirman: “Orang-orang yang
Kami berikan al-Kitab, mereka mengenal Muhammad seperti mengenali anak-anak mereka sendiri.” (Surah Al-
Baqarah:146) Bible yang wujud pada hari ini berbeza dengan Injil yang asal kerana banyak tokok tambah dan
perubahan dilakukan ke atas Bible hari ini. Secara dasarnya,kita tidak boleh mengiktiraf Bible sebagai Kalam Tuhan
secara keseluruhannya. Walau bagaimnapun masih terdapat beberapa ayat di dalamnya yang selari dengan kebenaran
Al-Quran, antaranya yang berkaitan dengan kerasulan Nabi Muhammad. Ramai tokoh daripada kalangan ulama Islam
memanfaatkan ayat-ayat ini sebagai bukti tambahan ketika berhujah. As-Syeikh Said Hawa dan Hamka, sebagai contoh,
sering menukilkan ayat-ayat daripada Bible untuk dimuatkan dalam kitab-kitab tafsir mereka. Apabila ayat-ayat yang
selari dengan Al-Quran berjaya dikeluarkan, ia boleh dijadikan sebagai hujah kebenaran Al-Quran serta modal dakwah.
Dalam Bible, Nabi Muhammad SAW dikenali sebagai Paracletos. Dalam Gospel St. John pada bab 16 ayat 7
disebutkan berkenaan perkataan Nabi Isa yang sudah diterjemahkan mengikut Bible Malaysia alKitab yang dikeluarkan
oleh The Bible Society of Malaysia pada tahun 1996 ialah; “Tetapi apa yang Aku katakan kepada kamu benar:
Demi kebaikan kamu, lebih baik Aku pergi. Jika Aku tidak pergi, Penolong itu tidak akan datang kepada kamu. Tetapi jika
Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepada kamu.” Dalam Gospel yang sama pada bab 14 ayat 16-17
disebutkan seperti yang diterjemahkan pada tahun 1993 oleh Bible Indonesia alKitab; “ Aku akan minta kepada
Bapa dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, iaitu
Roh Kebenaran.” Kalimat Paracletos ini kadang kala digantikan dengan kalimah Paraclete namun penggunaan
kedua-kedua kalimat ini adalah baig maksud dan tujuan yang sama. Apa yang jelas daripada ayat-ayat ini ialah Nabi Isa
menyatakan seorang Paracletos akan datang selepas baginda dan dia akan bersama-sama dengan umat manusia untuk
selama-lamanya. Terdapat juga tokoh-tokoh Kristian yang mentafsirkan kalimat Paracletos sebagai ‘Roh
Suci’. Pentafsiran ini jelas bercanggah dengan doktrin agama Kristian yang menetapkan Roh Suci sudah sedia
ada sebab dia adalah Tuhan dalam konsep Tritunggal(Trinity). Justeru, adalah mustahil Roh Suci yang sedia ada akan
datang hanya selepas pemergian Nabi Isa. Dalam buku agama Kristian yang berautoriti bernama Anchor Bible, pada
halaman 1135 disebutkan: “Perkataan parakletos hanya dapat ditemui dalam tulisan-tulisan St. John
sahaja... Secara tradisinya Parakletos ini dikaitkan dengan Roh Suci tetapi tokoh-tokoh seperti Spitta, Delafosse,
Windisch, Sasse, Bultmann dan Beltz mempertikaikan pandangan ini. Mereka mengatakan Parakletos pada asalnya
adalah seorang manusia penyelamat yang kemudiannya disalah tafsirkansebagai Roh Suci.” Kalimat Paracletos
berasal daripada bahasa Yunani Klasik dan perkataan yang lebih tepat dalam Yunani Klasik adalah Periclytos. Dalam
kamus Alexanre’s Dictionnaire Grec-Francais dijelaskan kalimat periclytos berasal daripada suku kata peri dan
cleotis. Apabila dicantumkan ia membawa maksud ‘yang terpuji’. Ada daripada kalangan tokoh-tokoh
Kristian yang berpendapat, Paracletos akhir zaman ialah nabi Isa sendiri dan bukannya nabi Muhammad. Pendapat ini
tidak boleh diterima oleh beberapa sebab, diantaranya: Paracletos ini akan membawa ajaran yang baru daripada
Tuhan. Perkara ini disebutkan dalam Isaiah 42:9-12: “...Sekarang Aku akan memberitahu kamu hal-hal baru
sebelum semua itu berlaku. Nyanyikanlah lagu baru bagi TUHAN; pujilah Dia, hai seluruh bumi! Pujilah Dia, hai laut dan
semua isinya, bernyanyilah, hai penduduk negeri-negeri jauh! Hendaklah padang gurun dan kota-kotanya memuji Allah;
hendaklah orang Kedar memuji Dia...” Al-Quran adalah ‘nyanyian baru’ daripada Tuhan. Ia wajib
dibaca dengan cara bacaan dan sebutan yang betul dalam bahasa Arab. Isi-isinya mengandungi syariat dan peraturana
yang baru, sesuai dengan suasana akhir zaman. Bahasanya adalah bahasa baru yang boleh difahami oleh manusia,
bukannya bahasa klasik kuno yang tidak digunakan lagi oleh masyarakat masa kini. Nabi akhir zaman bernama
Muhammad dan ia bermaksud ‘Yang Terpuji.’ Baginda pernah dipuji dengan gelaran ‘al-
Ameen’ oleh golongan Quraisy dan bangsa Quraisy adalah daripada keturunan Kedar. Kesemua bukti
menunjukkan kebenaran Nabi Muhammad sebagai Rasul akhir zaman.
Muslim Page...
http:/

Terusin Bacanya......

Thomas Merton


Thomas Merton (31 Januari 1915 Р10 Desember 1968) adalah seorang biarawan Trappist Amerika dan pengarang, yang dilahirkan di Prades di d̩partement Pyr̩n̩es-Orientales, Prancis. Merton menulis lebih dari 50 buku, 2000 puisi, dan tidak terhitung jumlahnya esai, tinjauan, dan ceramah yang telah direkam dan diterbitkan.
Daftar isi




Latar belakang

Merton belajar di Amerika Serikat dan Prancis sebelum masuk ke Sekolah Oakham di Inggris. Ayahnya adalah seorang seniman dari Selandia Baru dan ibunya, seorang Quaker, berasal dari Amerika Serikat. Ibunya meninggal ketika ia baru berusia enam tahun dan ayahnya saat ia berumur 16 tahun. Setelah tahun pertama yang kacau di Universitas Cambridge -- dan saat itu ia mendapatkan anak di luar perkawinan -- Merton pindah ke Amerika Serikat dan tinggal bersama kakek-neneknya. Lalu ia melanjutkan studinya dan mengambil gelar sarjana dan master di Universitas Columbia. Di sana ia berkenalan dengan sekelompok seniman dan penulis yang kelak menjadi sahabatnya seumur hidupnya.

Merton menjadi pemeluk agama Katolik pada awal usia 20-an tahun ketika ia sedang menyusun tesis masternya tentang William Blake. Keinginannya untuk bergabung dengan Ordo Fransiskan terhalang, lalu ia mengajar di Kolese St. Bonaventure, di Olean, New York dan, setelah mengikuti sebuah retret Biara Gethsemani dekat Bardstown, Kentucky milik Ordo Trappist (Sistersian yang Ketat) pada Paskah 1941, ia mengalami krisis dengan panggilan yang dirasakannya mendesak. Akhirnya ia diterima menjadi seorang novisiat paduan suara (dengan rencana untuk menjadi seorang imam) di Gethsemani pada 10 Desember 1941.

Pada tahun-tahun ia tinggal di Gethsemani (di sana ia didorong untuk menulis) Merton berubah dari seorang biarawan muda yang sangat bersemangat dalam memeriksa hidup batinnya seperti yang digambarkan dalam bukunya yang paling terkenal, otobiografinya The Seven Storey Mountain, menjadi seorang penulis dan penyair yang kontemplatif yang menjadi terkenal karena dialognya dengan iman-iman lain dan sikapnya yang anti-kekerasan pada masa kerusuhan antar-ras dan Perang Vietnam pada tahun 1960-an, dan akhirnya ia mencapai keheningan yang telah lama dirindukannya di sebuah pertapaan pada 1965. Pada tahun-tahun ini ia mengalami banyak sekali pertikaian dengan kepala biaranya karena ia dilarang keluar dari biara, mengimbangi reputasi internasionalnya dan korespondensinya yang sangat luas dengan banyak tokoh terkenal pada waktu itu.

Seorang kepala biara yang baru memberikan kepadanya kebebasan untuk melakukan perjalanan ke Asia pada akhir 1968. Dalam perjalanan itu ia mengalami pertemuan yang tak terlupakan dengan Dalai Lama di India. Ia juga berkunjung ke Polonnaruwa (yang saat itu dikenal sebagai Ceylon), dan mendapatkan suatu pengalaman keagamaan ketika ia menyaksikan patung-patung Sang Buddha yang sangat besar. Ada spekulasi bahwa Merton ingin menetap di Asia sebagai seorang pertapa. Namun ia meninggal di Bangkok pada 10 Desember 1968, setelah ia menyentuh sebuah kipas angin listrik yang sangat buruk hubungan listriknya, ketika ia keluar dari kamar mandi. Jenazahnya diterbangkan ke Gethsemani dan di sana ia dikebumikan. Sejak kematiannya, pengaruhnya terus berkembang, dan ia dianggap oleh banyak orang sebagai mistik Amerika pada abad ke-20.

Merton melarang buku-bukunya diterbitkan sebelum lewat masa 25 tahun sesudah kematiannya. Setelah itu catatan-catatan hariannya diterbitkan.

Sebagai pengakuan terhadap hubungannya yang erat dengan Universitas Bellarmine, arsip-arsip Merton disimpan di tempat penyimpan resmi, yaitu Thomas Merton Center di kampus Bellarmine di Louisville, Kentucky. Penghargaan Thomas Merton, sebuah hadiah perdamaian, telah dianugerahkan sejak 1972 oleh "Pusat Thomas Merton untuk Perdamaian dan Keadilan Sosial" (Thomas Merton Center for Peace and Social Justice) di Pittsburgh, Pennsylvania, AS.

Bibliografi terpilih
Marker commemorating Merton in Downtown Louisville
"Thomas Merton Square" and Marker in Downtown Louisville

* A Man in the Divided Sea, 1946
* The Seven Storey Mountain, 1948 (ISBN 0-15-601086-0)
* The Merton Annual, Fons Vitae Press
* Merton and Hesychasm-The Prayer of the Heart, Fons Vitae Press
* Merton and Sufism: The Untold Story, Fons Vitae Press
* Merton and Judaism - Holiness in Words, Fons Vitae Press
* Waters of Siloe, 1949 (ISBN 0-15-694954-7)
* Seeds of Contemplation, 1949 (ISBN 0-313-20756-9)
* The Ascent to Truth, 1951 (ISBN 0-86012-024-4)
* Bread in the Wilderness, 1953
* The Last of the Fathers, 1954
* The Living Bread, 1956
* No Man is an Island, 1955
* The Silent Life, 1957
* Thoughts in Solitude, 1958
* The Secular Journal of Thomas Merton, 1959
* Disputed Questions, 1960
* The Behavior of Titans, 1961
* The New Man, 1961 (ISBN 0-374-51444-5)
* New Seeds of Contemplation, 1962 (ISBN 0-8112-0099-X)
* Emblems of a Season of Fury, 1963
* Life and Holiness, 1963
* Seeds of Destruction, 1965
* Conjectures of a Guilty Bystander, 1966 (ISBN 0-385-01018-4)
* Raids on the Unspeakable, 1966
* Mystics and Zen Masters, 1967
* Cables to the Ace, 1968
* Faith and Violence, 1968
* My Argument with the Gestapo, 1969
* The Climate of Monastic Prayer, 1969
* Contemplation in a World of Action, 1971
* The Asian Journal of Thomas Merton, 1973

* Alaskan Journal of Thomas Merton, 1988
* The Intimate Merton: His Life from His Journals, 1999
* Peace in the Post-Christian Era, 2004

Terusin Bacanya......

Izl4m?c_ ArtiC3L


HUKUM pacaran dalam islam

Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita dibagi menjadi dua, yaitu hubungan mahram dan hubungan nonmahram. Hubungan mahram adalah seperti yang disebutkan dalam Surah An-Nisa 23, yaitu mahram seorang laki-laki (atau wanita yang tidak boleh dikawin oleh laki-laki) adalah ibu (termasuk nenek), saudara perempuan (baik sekandung ataupun sebapak), bibi (dari bapak ataupun ibu), keponakan (dari
saudara sekandung atau sebapak), anak perempuan (baik itu asli ataupun tiri dan termasuk di dalamnya cucu), ibu susu, saudara sesusuan, ibu mertua, dan menantu perempuan.



Maka, yang tidak termasuk mahram adalah sepupu, istri paman, dan
semua wanita yang tidak disebutkan dalam ayat di atas.

Uturan untuk mahram sudah jelas, yaitu seorang laki-laki boleh berkhalwat (berdua-duaan)
dengan mahramnya, semisal bapak dengan putrinya, kakak laki-laki dengan adiknya
yang perempuan, dan seterusnya. Demikian pula, dibolehkan bagi mahramnya untuk
tidak berhijab di mana seorang laki-laki boleh melihat langsung perempuan yang
terhitung mahramnya tanpa hijab ataupun tanpa jilbab (tetapi bukan auratnya),
semisal bapak melihat rambut putrinya, atau seorang kakak laki-laki melihat
wajah adiknya yang perempuan. Aturan yang lain yaitu perempuan boleh berpergian
jauh/safar lebih dari tiga hari jika ditemani oleh laki-laki yang terhitung
mahramnya, misalnya kakak laki-laki mengantar adiknya yang perempuan tour
keliling dunia. Aturan yang lain bahwa seorang laki-laki boleh menjadi wali bagi
perempuan yang terhitung mahramnya, semisal seorang laki-laki yang menjadi wali
bagi bibinya dalam pernikahan.

Hubungan yang kedua adalah hubungan nonmahram, yaitu larangan berkhalwat (berdua-duaan),
larangan melihat langsung, dan kewajiban berhijab di samping berjilbab, tidak
bisa berpergian lebih dari tiga hari dan tidak bisa menjadi walinya. Ada pula
aturan yang lain, yaitu jika ingin berbicara dengan nonmahram, maka seorang
perempuan harus didampingi oleh mahram aslinya. Misalnya, seorang siswi SMU yang
ingin berbicara dengan temannya yang laki-laki harus ditemani oleh bapaknya atau
kakaknya. Dengan demikian, hubungan nonmahram yang melanggar aturan di atas
adalah haram dalam Islam. Perhatikan dan renungkanlah uraian berikut ini.

Firman Allah SWT yang artinya, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra:
32).

“Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki: ‘Hendaklah mereka itu
menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya ….’ Dan katakanlah
kepada orang-orang mukmin perempuan: ‘Hendaknya mereka itu menundukkan
sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya …’.”
(An-Nur: 30–31).

Menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak dilepas begitu saja tanpa
kendali sehingga dapat menelan merasakan kelezatan atas birahinya kepada lawan
jenisnya yang beraksi. Pandangan dapat dikatakan terpelihara apabila secara
tidak sengaja melihat lawan jenis kemudian menahan untuk tidak berusaha melihat
mengulangi melihat lagi atau mengamat-amati kecantikannya atau kegantengannya.

Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah saw.
tentang melihat dengan mendadak. Maka jawab Nabi, ‘Palingkanlah pandanganmu itu!”
(HR Muslim, Abu Daud, Ahmad, dan Tirmizi).

Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya, “Kedua
mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki
itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari
oleh alat kelamin.” (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim
dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah).

“Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya.
Kedua mata zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara,
tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan)
dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh
kelamin atau digagalkannya.” (HR Bukhari).

Rasulullah saw. berpesan kepada Ali r.a. yang artinya, “Hai Ali, Jangan sampai
pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya! Kamu hanya boleh pada pandangan
pertama, adapun berikutnya tidak boleh.” (HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi).

Al-Hakim meriwayatkan, “Hati-hatilah kamu dari bicara-bicara dengan wanita,
sebab tiada seorang laki-laki yang sendirian dengan wanita yang tidak ada
mahramnya melainkan ingin berzina padanya.”

Yang terendah adalah zina hati dengan bernikmat-nikmat karena getaran jiwa yang
dekat dengannya, zina mata dengan merasakan sedap memandangnya dan lebih jauh
terjerumus ke zina badan dengan, saling bersentuhan, berpegangan, berpelukan,
berciuman, dan seterusnya hingga terjadilah persetubuhan.

Ath-Thabarani dan Al-Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah
berfirman yang artinya, ‘Penglihatan (melihat wanita) itu sebagai panah iblis
yang sangat beracun, maka siapa mengelakkan (meninggalkannya) karena takut pada-Ku,
maka Aku menggantikannya dengan iman yang dapat dirasakan manisnya dalam hatinya.”

Ath-Thabarani meriwayatkan, Nabi saw. bersabda yang artinya, “Awaslah kamu dari
bersendirian dengan wanita, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tiada seorang
lelaki yang bersendirian (bersembunyian) dengan wanita malainkan dimasuki oleh
setan antara keduanya. Dan, seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran
lumpur yang basi lebih baik daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang
tidak halal baginya.”

Di dalam kitab Dzamm ul Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan dari Abu al-Hasan al-Wa’ifdz
bahwa dia berkata, “Ketika Abu Nashr Habib al-Najjar al-Wa’idz wafat di kota
Basrah, dia dimimpikan berwajah bundar seperti bulan di malam purnama. Akan
tetapi, ada satu noktah hitam yang ada wajahnya. Maka orang yang melihat noda
hitam itu pun bertanya kepadanya, ‘Wahai Habib, mengapa aku melihat ada noktah
hitam berada di wajah Anda?’ Dia menjawab, ‘Pernah pada suatu ketika aku
melewati kabilah Bani Abbas. Di sana aku melihat seorang anak amrad dan aku
memperhatikannya. Ketika aku telah menghadap Tuhanku, Dia berfirman, ‘Wahai
Habib?’ Aku menjawab, ‘Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah.’ Allah berfirman, ‘Lewatlah
Kamu di atas neraka.’ Maka, aku melewatinya dan aku ditiup sekali sehingga aku
berkata, ‘Aduh (karena sakitnya).’ Maka. Dia memanggilku, ‘Satu kali tiupan
adalah untuk sekali pandangan. Seandainya kamu berkali-kali memandang, pasti Aku
akan menambah tiupan (api neraka).”

Hal tersebut sebagai gambaran bahwa hanya melihat amrad (anak muda belia yang
kelihatan tampan) saja akan mengalami kesulitan yang sangat dalam di akhirat
kelak.

“Semalam aku melihat dua orang yang datang kepadaku. Lantas mereka berdua
mengajakku keluar. Maka, aku berangkat bersama keduanya. Kemudian keduanya
membawaku melihat lubang (dapur) yang sempit atapnya dan luas bagian bawahnya,
menyala api, dan bila meluap apinya naik orang-orang yang di dalamnya sehingga
hampir keluar. Jika api itu padam, mereka kembali ke dasar. Lantas aku berkata,
‘Apa ini?’ Kedua orang itu berkata, ‘Mereka adalah orang-orang yang telah
melakukan zina.” (Isi hadis tersebut kami ringkas redaksinya. Hadis di ini
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

Di dalam kitab Dzamm ul-Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan bahwa Abu Hurairah r.a.
dan Ibn Abbas r.a., keduanya berkata, Rasulullah saw. Berkhotbah, “Barang siapa
yang memiliki kesempatan untuk menggauli seorang wanita atau budak wanita lantas
dia melakukannya, maka Allah akan mengharamkan surga untuknya dan akan
memasukkan dia ke dalam neraka. Barang siapa yang memandang seorang wanita (yang
tidak halal) baginya, maka Allah akan memenuhi kedua matanya dengan api dan
menyuruhnya untuk masuk ke dalam neraka. Barang siapa yang berjabat tangan
dengan seorang wanita (yang) haram (baginya) maka di hari kiamat dia akan datang
dalam keadaan dibelenggu tangannya di atas leher, kemudian diperintahkan untuk
masuk ke dalam neraka. Dan, barang siapa yang bersenda gurau dengan seorang
wanita, maka dia akan ditahan selama seribu tahun untuk setiap kata yang
diucapkan di dunia. Sedangkan setiap wanita yang menuruti (kemauan) lelaki (yang)
haram (untuknya), sehingga lelaki itu terus membarengi dirinya, mencium, bergaul,
menggoda, dan bersetubuh dengannya, maka wanitu itu juga mendapatkan dosa
seperti yang diterima oleh lelaki tersebut.”

‘Atha’ al-Khurasaniy berkata, “Sesungguhnya neraka Jahanam memiliki tujuh buah
pintu. Yang paling menakutkan, paling panas, dan paling bisuk baunya adalah
pintu yang diperuntukkan bagi para pezina yang melakukan perbuatan tersebut
setelah mengetahui hukumnya.”

Dari Ghazwan ibn Jarir, dari ayahnya bahwa mereka berbicara kepada Ali ibn Abi
Thalib mengenai beberapa perbuatan keji. Lantas Ali r.a. berkata kepada mereka,
“Apakah kalian tahu perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Jalla Sya’nuhu?”
Mereka berkata, “Wahai Amir al-Mukminin, semua bentuk zina adalah perbuatan keji
di sisi Allah.” Ali r.a. berkata, “Akan tetapi, aku akan memberitahukan kepada
kalian sebuah bentuk perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Tabaaraka wa
Taala, yaitu seorang hamba berzina dengan istri tetangganya yang muslim. Dengan
demikian, dia telah menjadi pezina dan merusak istri seorang lelaki muslim.”
Kemudian, Ali r.a. berkata lagi, “Sesungguhnya akan dikirim kepada manusia
sebuah aroma bisuk pada hari kiamat, sehingga semua orang yang baik maupun orang
yang buruk merasa tersiksa dengan bau tersebut. Bahkan, aroma itu melekat di
setiap manusia, sehingga ada seseorang yang menyeru untuk memperdengarkan
suaranya kepada semua manusia, “Apakah kalian tahu, bau apakah yang telah
menyiksa penciuman kalian?” Mereka menjawab, “Demi Allah, kami tidak
mengetahuinya. Hanya saja yang paling mengherankan, bau tersebut sampai kepada
masing-masing orang dari kita.” Lantas suara itu kembali terdengar, “Sesungguhnya
itu adalah aroma alat kelamin para pezina yang menghadap Allah dengan membawa
dosa zina dan belum sempat bertobat dari dosa tersebut.”

Bukankah banyak kejadian orang-orang yang berpacaran dan bercinta-cinta dengan
orang yang telah berkeluarga? Jadi, pacaran tidak hanya mereka yang masih
bujangan dan gadis, tetapi dari uisa akil balig hingga kakek nenek bisa berbuat
seperti yang diancam oleh hukuman Allah tersebut di atas. Hanya saja, yang umum
kelihatan melakukan pacaran adalah para remaja.

Namun, bukan berarti tidak ada solusi dalam Islam untuk berhubungan dengan
nonmahram. Dalam Islam hubungan nonmahram ini diakomodasi dalam lembaga
perkawinan melalui sistem khitbah/lamaran dan pernikahan.

“Hai golongan pemuda, siapa di antara kamu yang mampu untuk menikah, maka
hendaklah ia menikah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih
memelihara kemaluan. Tetapi, siapa yang tidak mampu menikah, maka hendaklah ia
berpuasa, karena puasa itu dapat mengurangi syahwat.” (HR Bukhari, Muslim, Abu
Daud, Tirmizi, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Darami).

Selain dua hal tersebut di atas, baik itu dinamakan hubungan teman, pergaulan
laki perempuan tanpa perasaan, ataupun hubungan profesional, ataupun pacaran,
ataupun pergaulan guru dan murid, bahkan pergaulan antar-tetangga yang melanggar
aturan di atas adalah haram, meskipun Islam tidak mengingkari adanya rasa suka
atau bahkan cinta. Anda bahkan diperbolehkan suka kepada laki-laki yang bukan
mahram, tetapi Anda diharamkan mengadakan hubungan terbuka dengan nonmahram
tanpa mematuhi aturan di atas. Maka, hubungan atau jenis pergaulan yang Anda
sebutkan dalam pertanyaan Anda adalah haram. Kalau masih ingin juga, Anda harus
ditemani kakak laki-laki ataupun mahram laki-laki Anda dan Anda harus berhijab
dan berjilbab agar memenuhi aturan yang telah ditetapkan Islam.

Hidup di dunia yang singkat ini kita siapkan untuk memperoleh kemenangan di hari
akhirat kelak. Oleh karena itu, marilah kita mulai hidup ini dengan bersungguh-sungguh
dan jangan bermain-main. Kita berusaha dan berdoa mengharap pertolongan Allah
agar diberi kekuatan untuk menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya.
Semoga Allah menolong kita, amin.

Adapun pertanyaan berikutnya kami jawab bahwa cara mengetahui sifat calon
pasangan adalah bisa tanya secara langsung dengan memakai pendamping (penengah)
yang mahram. Atau, bisa melalui perantara, baik itu dari keluarga atau saudara
kita sendiri ataupun dari orang lain yang dapat dipercaya. Hal ini berlaku bagi
kedua belah pihak. Kemudian, bagi seorang laki-laki yang menyukai wanita yang
hendak dinikahinya, sebelum dilangsungkan pernikahan, maka baginya diizinkan
untuk melihat calon pasangannya untuk memantapkan hatinya dan agar tidak kecewa
di kemudian hari.

“Apabila seseorang hendak meminang seorang wanita kemudian ia dapat melihat
sebagian yang dikiranya dapat menarik untuk menikahinya, maka kerjakanlah.” (HR
Abu Daud).

Hal-hal yang mungkin dapat dilakukan sebagai persiapan seorang muslim apabila
hendak melangsungkan pernikahan.
1. Memilih calon pasangan yang tepat.
2. Diproses melalui musyawarah dengan orang tua.
3. Melakukan salat istikharah.
4. Mempersiapkan nafkah lahir dan batin.
5. Mempelajari petunjuk agama tentang pernikahan.
6. Membaca sirah nabawiyah, khususnya yang menyangkut rumah tangga Rasulullah
saw.
7. Menyelesaikan persyaratan administratif sesui dengan peraturan daerah tempat
tinggal.
8. Melakukan khitbah/pinangan.
9. Memperbanyak taqarrub kepada Allah supaya memperoleh kelancaran.
10. Mempersiapkan walimah.

Terusin Bacanya......

Mantan Presiden Korsel Bunuh Diri


Mantan Presiden Korsel Dipastikan Bunuh Diri

* Diduga Bunuh Diri, Mantan Presiden Korsel Tewas Terjatuh

Sabtu, 23 Mei 2009 | 11:15 WIB

SEOUL,Mantan Presiden Korsel Roh Moo-hyun (62) dipastikan tewas bunuh diri setelah melompat dari sebuah tebing di belakang rumahnya di daerah terpencil. Skandal korupsi yang membelitnya membuat Roh nekat mengakhiri hidup dengan cara tragis.




Menurut pengacaranya, Moon Jae-in, Roh meninggalkan surat wasiat sebelum mengakhiri hidup. Roh ditemukan tewas di desa Bongha, Sabtu (23/5) pagi, ketika dia terjun dari tebing.

Roh sempat dilarikan ke Rumah Sakit Busan National University di pinggiran kota Busan sekitar pukul 08.15, tetapi nyawanya tak tertolong. Ia dinyatakan tewas pada pukul 09.30 dengan luka parah di kepala.

Terusin Bacanya......

n0v3l'rs group



Shahih Hadits Qudsi

Penulis : Abu Abdillah Musthafa al-Adawi
Harga : Rp.17.500,-
Deskripsi : xiii + 188 hal.
Wahai hamba-hambaku, setiap kalian adalah tersesat kecuali siapa yang Aku beri petunjuk; maka mintalah petun-juk kepadaKu, niscaya Aku memberi kalian petunjuk. Wahai hamba-hambaKu, setiap kalian adalah mengalami kela-paran kecuali siapa yang Aku beri makan; maka mintalah makan kepadaKu, niscaya Aku memberi kalian makan. Wahai hamba-hambaKu, setiap kalian adalah telanjang kecuali siapa yang Aku beri pakaian, maka mintalah pakaian kepadaKu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguh-nya kalian melakukan kesalahan pada malam dan siang, sedangkan Aku mengampuni dosa-dosa semuanya, maka mintalah ampunan kepadaKu, niscaya Aku mengampuni kalian.” Demikian firman Allah q dalam sebuah hadits qudsi. Sebagai makhluk yang lemah yang cenderung berbuat zhalim, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain, manusia sangat membutuhkan bimbingan dan nasihat untuk menutupi kelemahannya dan meredam ke-zhalimannya. Lewat hadits-hadits qudsi yang disampaikan Rasulullah SAW -yang terhimpun dalam buku kecil ini- Allah SWT membimbing hamba-hambaNya meniti jalan menuju keridhaanNya.

Durhaka Kepada Orang Tua

Penulis : Muhammad bin Ibrahim al-Hamd
Harga : Rp.8.000,-
Deskripsi : viii + 60 hal. (K)
Bila mengamati ayat-ayat al-Qur'an ataupun hadits-hadits Rasulullah SAW, masalah berbakti kepada kedua orang tua selalu dikaitkan dengan keimanan kepada Allah sedangkan masalah durhaka terhadap keduanya selalu dikaitkan dengan berbuat syirik terhadapNya. Tak heran bila ada sebagian ulama menyimpulkan bahwa tidak ada artinya keimanan seseorang selama dia tidak berbakti kepada kedua orang tuanya dan tidak ada artinya bakti seseorang kepada keduanya selama dia tidak beriman kepada Allah, alias berbuat syirik kepadanya. Maka sangatlah naif bilamana seseorang yang dibesar-kan oleh kedua orang tuanya hingga mereka berusia lanjut, namun hal itu tidak menjadi sebab dia kelak masuk Surga. Lebih tragis lagi, bila ada yang tega 'mengkarantinakan' kedua orang tuanya di panti jompo. Suatu hal yang tidak boleh terlintas dalam benak seorang muslim yang beriman kepada Allah, apalagi untuk melakukannya. Kiranya, amatlah penting setiap muslim mengetahui tata cara bergaul dengan kedua orang tua sehingga tidak ter-jerumus ke dalam kedurhakaan. Termasuk di antaranya adalah mengetahui bagaimana cara berbakti ketika keduanya telah wafat. Semoga buku praktis namun rinci ini dapat membimbing Anda berbakti kepada orang tua.

40 Hadits Tentang Wanita Beserta Syarahnya

Penulis: Manshur bin Hasan al-Abdullah
Harga : Rp.12.000,-
Deskripsi : xiv + 117 hal. (K)
Buku kecil ini sangat penting untuk dimiliki para akhwat muslimah, karena di dalamnya terkandung 40 hadits pilihan yang mencakup hukum-hukum yang berkaitan dengan kaum wanita. Misalnya, tentang masalah ibadah, muamalah, akhlak, dan adab-adabnya. Penyusun buku, Manshur bin Hasan al-Abdullah, mentakhrij hadits-hadits tersebut dari kitab aslinya yang disusun oleh as-Syaikh Ibrahim bin Syuaib al-Maliki al-Hausawi. Dengan demikian hadits-hadits yang ada dalam buku ini tidak diragukan lagi keshahihannya. Selamat membaca.

99 Kisah Orang-orang Shalih

Penulis : Muhammad bin Hamid Abdul Wahab
Harga : Rp.20.000,-
Deskripsi: xiii + 152 hal. (S)
Buku ini berisi tentang kisah-kisah teladan orang-orang shalih terdahulu yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan dan santapan rohani bagi kaum muslimin. Insya Allah buku ini bermanfaat dalam mencerdaskan umat melalui pemaparan kisah mereka. Di antara mereka ada yang masih berumur 3 tahun (balita), remaja, dewasa maupun yang tua renta. Mereka semua memiliki ciri tersendiri dalam berkomunikasi dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan manusia. Keterikatan mereka kepada Allah q sangat tinggi, tampak dari sikap tunduk dan taat dengan tauhid yang murni jauh dari unsur sombong, riya' dan syirik. Suatu kondisi yang sangat berbeda dengan sekarang. Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan kasih sayangNya kepada penulis buku ini yang telah mencurahkan waktu dan pikiran untuk kemaslahatan umat.

Pokok-pokok Akidah Salaf yang Di ikrarkan Imam al-Asy'ari

Penulis: Dr. Muhammad Abdurrahman al-Khumais
Harga:Rp.29.500,-
Deskripsi:xxvi + 208 hal. (B)
Abu al-Hasan al-Asy'ari, sosok yang seringkali dinisbatkan sebagai pendiri aliran Asy'ariyah, pernah mengalami tiga fase dalam berakidah. Pertama, beliau menganut akidah Mu'tazilah selama kurang lebih empat puluh tahun karena banyak ter-pengaruh oleh bapak tirinya yang sekaligus gurunya, al-Jubba'i. Kedua, berakidah Kullabiyah, aliran yang diajarkan oleh Ibnu Kullab al-Bashri. Setelah mempelajari lebih mendalam dan men-dapatkan dalil yang lebih kuat, pada akhirnya beliau mantap kembali (ruju') kepada Manhaj Salaf. Akidah beliau ini tertuang secara detail dalam kitab al-Ibanah fi Ushul ad-Diyanah dan Maqalat al-Islamiyyin wa Ikhtilaf al-Mushallin. Sikap ruju' Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari ini menimbulkan asumsi salah dari kaum awam yang mengklaim bahwa sikap beliau ini karena takut ancaman Hanabilah. Pokok-pokok akidah as-Salafush Shalih yang diintisarikan dan kemudian disyarah DR. Muhammad bin Abdurrahman al-Khumais dari Maqalat al-Islamiyyin ini adalah pokok-pokok akidah yang mana banyak golongan tersesat di dalamnya. Tidak terkecu-ali mereka yang mengklaim sebagai pengikut Imam al-Asy’ari. Menurut Imam al-Asy’ari dan semua ulama salaf, Allah berse-mayam di atas Arsy. Tidak demikian bagi kelompok al-Asy’ariyah yang meyakini bahwa Allah ada di mana-mana. Perbedaan ini semakin kentara dalam hal takwil tentang Asma dan Sifat-sifat Allah. Buku ini diharapkan dapat mengungkap fakta akidah yang akhirnya dianut dan diajarkan oleh Abu al-Hasan al-Asy'ari, sehing-ga dapat membuka cakrawala hati pengikut-pengikutnya

Kuburan Agung Menyingkap Fenomena Ketergantungan Kepada Para Wali

Penulis : Mamduh Farhan al-Buhairi
Harga : Rp.31.000,-
Deskripsi : xvi + 226 hal. (B)
Dalam fakta sejarah, paganisme merupakan agama sesat pertama yang dianut oleh manusia bermula saat mereka membutuhkan panutan untuk dijadikan sebagai pedoman hidup, mereka mengangkat pemimpin yang shalih, dicintai dan dihormati. Penghormatan tersebut tidak terbatas pada saat sang pemimpin masih hidup, namun berlanjut hingga ketika dia sudah meninggal. Hal tersebut diwujudkan dengan membuat patungnya sebagai simbol penghormatan yang pada akhirnya digunakan sebagai sesembahan. Fenomena menyembah patung ini sudah mulai bergeser bentuk pada zaman sekarang, manusia sudah tidak lagi membuat patung sesembahan. Namun mereka masih mengeramatkan makam tertentu dan meminta segala kebu-tuhannya kepadanya. Bahkan seorang kuburi -sebutan untuk penyembah kuburan- berkeyakinan bahwa mengunjungi makam wali sama dengan mendapatkan kenikmatan dunia dan akhirat. Mereka juga menyamakan makam wali dengan Baitullah al-Haram (Ka'bah) dan menziarahinya dianggap sebagai pelaksa-naan ibadah haji baginya. Buku berjudul asli Imathatul Litsam wa Kabhul Auham karya Mamduh bin Muhammad Farhan al-Buhairi ini kami persem-bahkan pada pembaca untuk membahas fenomena kesyirikan di atas. Penulis juga menerangkan bagaimana seharusnya ber-interaksi dengan kuburan, perbuatan yang dilarang dan dianjur-kan dalam kaitannya dengan kuburan serta mengajak memurni-kan ibadah hanya kepada Allah, mengingat banyak pemeluk agama Islam yang masih belum mengerti bagaimana seharusnya memperlakukan kuburan. Oleh karena itu buku ini sangat sayang bila dilewatkan.

Terusin Bacanya......